JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Pertamina (Persero) sejak awal tahun sudah tidak lagi menggunakan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) untuk mengimpor BBM. Petral yang selama ini menjadi satu-satunya perusahaan yang memasukkan BBM ke Indonesia pun ditutup. Tugas Pertal digantikan Pertamina langsung dari Jakarta, yaitu Integrated Supply Chain (ISC).

Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan langkah pembubaran Petral kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada Jumat (15/6). Menurutnya, pembubaran ini memang sudah sesuai dengan arahan Jokowi sebelumnya ketika meminta menginvestigasi anak perusahaan Pertamina itu.

Hasilnya, keberadaan Petral memang telah membuat negara boros setiap melakukan impor minyak bumi. Bahkan dalam tiga bulan terakhir, ketika pemerintah mengimpor minyak tanpa perantara Petral ada penghematan sebesar US$ 22 juta.

"Belum lagi soal penghematan losses, kebocoran segala macam. Artinya kalau unit ini (ISC) dikelola dengan baik, maka yang mendapat manfaat adalah masyarakat. Dan kalau 3 bulan efisiensi US$ 22 juta, bagaimana kalau setahun, atau 5 tahun," ujar Sudirman, Jumat (15/5) di Istana Negara, Jakarta.

Dalam tiga bulan terakhir, fungsi Petral juga bukan sebagai single buyer. Nah, Sudirman bilang penghematan lebih besar akan terjadi jika perusahaan yang berlokasi di Singapura itu benar-benar dibubarkan.

Pemerintah sudah menyiapkan skema pembelian minyak yang lebih baik tanpa keberadaan Petral. Caranya dengan mengoptimalkan peran Integrated Supply Chain (ISC), dalam mencari buyer melalui mekanisme tender.

Bukan hanya ISC Pemerintah dan Pertamina juga akan aktif mencari buyer tersebut. Suplai minyak juga nantinya akan dilakukan secara langsung tanpa transit di tempat lain.

Sudirman sendiri juga pernah mengurus ISC saat masih menjadi pegawai Pertamina. Saat mengurus ISC dulu, Sudirman mengatakan, memiliki visi dalam 3-4 tahun agar 70  persen pembelian minyak dan BBM Indonesia adalah berupa kontrak panjang. Tujuannya ada kepastian harga, ketimbang membeli lewat pasar spot atau langsung.

Menanggapi pembubaran Petral, pengamat dari Energy Watch Ferdinand Hutahaean menilai sebaiknya Pertamina tidak perlu membentuk anak usaha lagi di luar negeri. Menurutnya lebih baik Pertamina memaksimalkan dan mengoptimalisasi peran ISC atau jajaran di direktur niaga Pertamina.

Dia menambahkan, jika membentuk anak usaha baru dan sistemnya sama seperti Petral, artinya Pertamina hanya memindahkan wilayah permainan saja tapi tidak menyelesaikan masalah. Menurutnya masalah yang harus diselesaikan adalah bagaimana memperbaiki tata niaga migas dan tata cara pengadaan, bukan membentuk usaha baru sebagai pengganti Petral yang bubar. "Intinya sistem yang harus diperbaiki bukan wadahnya," kata Ferdinand kepada Gresnews.com. (dtc)

BACA JUGA: