JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Pertamina (Persero) akhirnya mengambil keputusan membubarkan anak usahanya Pertamina Energy Trading Limited (Petral) pada Rabu (13/5).  Keputusan membubarkan Petral itu telah dilaporkan kepada pemegang saham yaitu Kementerian BUMN dan juga pemerintah yakni Kementerian ESDM.

"Pertamina mulai hari ini menghentikan kegiatan Petral. Likuidasi Petral dan grupnya," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (13/5).

Dwi menjelaskan untuk langkah awal, pembubaran Petral didahului dengan menyelesaikan masalah finansial dan legal diligence. Kesepakatan melikuidasi Petral didapatkan dari hasil pengkajian selama beberapa bulan. Setelah Petral dibubarkan maka kegiatan Petral dialihkan kepada unit usaha Pertamina lainnya, yaitu Integrated Supply Chain (ISC).

"Kami melakukan revitalisasi terkait ISC dalam tiga bulan beroperasi, dalam arahan pemerintah mengkaji anak perusahaan Petral dan grupnya kami melihat peran Petral tidak lagi signifikan dalam bisnis Pertamina," ujarnya.

Sebelumnya Dwi Soetjipto pernah menjelaskan, ketika Petral dibubarkan, aset-aset yang dimiliki Petral digunakan bagi kebutuhan anak usaha Pertamina yang baru. Anak usaha ini akan terjun dalam mengelola bisnis hilir di internasional.

Mekanismenya anak usaha tersebut bukan hanya fokus sebagai suplier pengadaan barang bagi Pertamina, karena Pertamina sudah memiliki Integrated Supply Chain (ISC). Dia mengatakan, aset-aset Petral nantinya akan diambil alih dan dikaji untuk pemanfaatannya kedepan oleh perusahaan.

Menurutnya perusahaan tidak akan memakan biaya dalam menutup anak usaha karena hal itu tidak sebanding dengan efisiensi yang dilakukan oleh Pertamina melalui ISC saat ini.

"Asetnya akan kita review dan kedepan barangkali ini yang justru akan kita kembangkan kedepan menjadi subsidiary Pertamina untuk mengelola hilir di internasional," kata Dwi di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Kamis (30/4).

Menanggapi pembubaran Petral, pengamat dari Energy Watch Ferdinand Hutahaean menilai sebaiknya Pertamina tidak perlu membentuk anak usaha lagi di luar negeri. Menurutnya lebih baik Pertamina memaksimalkan dan mengoptimalisasi peran ISC atau jajaran di direktur niaga Pertamina.

Dia menambahkan, jika membentuk anak usaha baru dan sistemnya sama seperti Petral, artinya Pertamina hanya memindahkan wilayah permainan saja tapi tidak menyelesaikan masalah. Menurutnya masalah yang harus diselesaikan adalah bagaimana memperbaiki tata niaga migas dan tata cara pengadaan, bukan membentuk usaha baru sebagai pengganti Petral yang bubar. "Intinya sistem yang harus diperbaiki bukan wadahnya," kata Ferdinand kepada Gresnews.com. (dtc)

BACA JUGA: