JAKARTA, GRESNEWS.COM - Bila tak ada halangan, hari ini Rabu (2/9) Tim Penilai Pemerintah di proyek kereta cepat hari menggelar rapat final soal keputusan pemenang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Sebenarnya jadwal penetapan keputusan pemenang pada Senin (31/8) lalu namun dua investor yaitu Jepang dan China sempat melakukan perubahan proposal penawaran sehingga berdampak pada mundurnya jadwal keputusan final.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang memimpim tim penilai ini pada Senin (31/8) baru menggelar rapat di tingkat pejabat eselon I. Tim eselon 1 ini mendengar dan menilai hasil analisa dari konsultan Boston Consulting Group, Amerika Serikat yang melakukan penilaian dari proposal China dan Jepang. Hasil rapat dari eselon I itu akan dibahas rapat tim penilai di level menteri hari ini.

"(Rabu) untuk menyimpulkan dan memutuskan. Studinya itu sudah lengkap. Walaupun dia mengingatkan bahwa banyak hal belum di-cover," kata Darmin, Senin (31/8).

Darmin menjelaskan, tim yang dipimpinnya akan melakukan verifikasi soal laporan dari Boston Consulting Group, sebagai konsultan penilai calon investor kereta cepat. Konsultan akan memberikan rekomendasi, dan ada proses verifikasi dari tim, kemudian hasilnya menjadi keputusan atau rekomendasi kepada Presiden Jokowi dan disampaikan langsung hari ini.

Menurut Darmin tim pemerintah dan konsultan sedang membahas empat poin yang dinilai. Empat poin ini sebagai penentu untuk memutuskan pemenang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Mereka (Boston) membuat empat kelompok dimensi atau ukuran," katanya.

Poin pertama ialah terkait permintaan komitmen pemerintah terhadap penjaminan risiko proyek kereta cepat. "Komitmen pemerintah dan risiko yang ditanggung pemerintah," ujarnya. Aspek kedua, terkait teknis pengembangan hingga pemeliharaan kereta cepat. Ketiga, pemerintah menilai dampak kereta cepat terhadap aspek ekonomi dan sosial masyarakat pada rute yang dilalui.

"Keempat manajemen dari proyek kalau ini dilaksanakan," ucapnya. Skor tertinggi dari empat poin tersebut, yang menentukan siapa pemenang proyek kereta cepat Jakarta Bandung, yakni antara Jepang atau China.

Darmin membenarkan bila pihak konsultan telah memberi penilaian terhadap proposal kereta cepat dari kedua negara, namun mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini masih enggan membuka hasil penilaian. Alasannya, tim juri pemerintah belum mengeluarkan keputusan final.

Seperti diketahui China dan Jepang bersaing mendapatkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung 150 Km, dengan nilai proyek di atas Rp 60 triliun. Masing-masing menawarkan proposal agar menarik pemerintah seperti teknologi, skema pembiayaan, bunga pinjaman, tenor pinjaman, alih teknologi, dan lain-lain.

PENAWARAN SKEMA PEMBIAYAAN JEPANG CHINA - Pihak Jepang menawarkan biaya proyek kereta cepat Shinkansen E5 hingga US$ 6,223 miliar atau sekitar Rp 87 triliun. Lebih mahal dari China, yang menawarkan kereta cepat CRH380A US$ 5,585 miliar, atau sekitar Rp 78 triliun. Gresnews.com melakukan riset dari berbagai sumber untuk menjelaskan apa saja skema pembiayaan yang ditawarkan Jepang dan China. Tawaran China cenderung tak melibatkan anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara langsung, sedangkan dalam skema yang ditawarkan Jepang, ada peluang masuknya pembiayaan yang berasal dari pemerintah atau APBN.

Dalam tawaran Jepang, pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 140 km berasal dari tiga sumber, yaitu anggaran pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta atau business entity (SPV). BUMN berperan sebagai pengembang proyek (project development), sedangkan swasta sebagai pelaksana proyek (project operating).

Jepang memiliki empat skenario pembiayaan yang seluruhnya melibatkan dana pemerintah, BUMN dan swasta. Pada skenario pertama, pemerintah berperan dalam pembiayaan hingga 16% yang berasal dari pinjaman dan modal. Lalu BUMN mengambil peran pembiayaan hingga 74% mencakup modal dan pinjaman. Sementara itu peranan dari swasta mencapai 10% yang terdiri dari modal dan pinjaman.

Pada skenario kedua, peranan pemerintah tetap 16%, lalu BUMN 70%, swasta 14%. Skenario ketiga peranan pemerintah tetap 16%, BUMN 60%, dan swasta 24%. Skenario terakhir peranan pemerintah 6% terhadap pembiayaan, BUMN tak ada, dan 94% ditanggung swasta.

"Perdana Menteri Abe menilai proyek ini sangat penting secara politis sehingga ia mengirim utusan khusus untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo lagi," Yoshiko Kijima, atase untuk urusan ekonomi di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, kepada Reuters dikutip dari Japan Daily (30/8/2015).

Utusan Jepang Izumi Hiroto membawa proposal revisi kedua ke Jakarta pada Rabu (26/8/2015) tidak lama setelah China mengirimkan proposalnya pada 11 Agustus 2015 lalu. Jepang menawarkan pinjaman proyek dengan masa waktu 40 tahun berbunga hanya 0,1% per tahun dengan masa tenggang 10 tahun, padahal sebelumnya bunga yang ditawarkan Jepang sampai 0,5% per tahun.

Selain itu, proses pengerjaan proyek kereta cepat ada tiga tahap: Pertama, fase persiapan yang mencakup pembebasan lahan, pembiayaan awal, dan kelembagaan yang dikerjakan oleh pemerintah. Kedua, fase konstruksi mencakup konstruksi, instalasi, pengadaan kereta, pra pengoperasian dikerjakan oleh BUMN atau swasta. Ketiga, operasi mencakup pengoperasian dan perawatan mencakup BUMN atau swasta.

Sementara itu skema pembiayaan dari China bernilai US$ 5,585 miliar sekitar Rp 78 triliun, proyek didanai oleh konsorsium China dan Indonesia. Pembiayaannya mencakup modal internal (equity) dan pinjaman. Pembagian saham konsorsium China 60%,

Pembagian saham konsorsium Indonesia 40%, Modal mencakup 25% dari total proyek atau senilai US$ 1,396 miliar yang dibagi 2 pihak, masing-masing konsorsium China menanggung modal 40% atau US$ 559 juta, dan konsorsium Indonesia 60% senilai US$ 838 juta.

Pinjaman sebanyak 75% dari nilai proyek atau sebesar US$ 4,189 miliar bisa berasal dari pinjaman dalam bentuk yuan dengan bunga 3,46%/tahun, sedangkan pinjaman dalam bentuk dolar berbunga 2%/tahun. Jangka waktu pengembalian pinjaman dari China selama 50 tahun.

Jadi, sejumlah BUMN konstruksi bersama perusahaan-perusahaan China membentuk konsorsium bersama, terkait studi poyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Dari BUMN Indonesia dipimpin oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), sedangkan dari China dipimpin oleh China Railway.

Anggota konsorsium BUMN untuk kereta cepat Jakarta-Bandung antara lain Jasa Marga, PTPN VIII, INKA, dan LEN Industri. Sedangkan anggota konsorsium dari China antara lain China Railway International, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, The Tird Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), China Academy of Railway Sciences, CSR Corporation, China Railway Signal and Commucation Corporation.

BUMN PT Wijaya Karya Tbk telah mengajukan suntikan modal Rp 3 triliun dari pemerintah melalui skema penyertaan modal negara (PMN) dalam rancangan APBN 2016, salah satunya untuk modal membangun kereta cepat.

PERBANDINGAN TEKNOLOGI - Tawaran China dan Jepang dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 150 km memiliki keunggulan masing-masing. Selain teknologi, masalah biaya juga menjadi perbedaan dari teknologi kedua negara.

Dihimpun dari berbagai sumber, Rabu (2/8), gresnews.com membandingkan kereta cepat China jenis CRH380A dan kereta cepat Jepang Shinkansen E5. Masing-masing investasi kedua jenis kereta berbeda-beda, untuk CRH380A membutuhkan investasi US$ 5,585 miliar atau sekitar Rp 78 triliun (1 dolar = Rp 14.000), sedangkan untuk jenis Shinkansen E5 butuh US$ 6,223 miliar atau sekitar Rp 87 triliun.

Kereta CRH380 dibuat oleh China South Locomotive (CSR) Qingdao Locomotive & Rolling Stock Co Ltd, sedangkan kereta Shinkansen E5 dibuat oleh Hitachi dan Kawasaki Heavy Industries. Tahun mulai produksi kereta ini masing-masing 2010 untuk CRH 380A, dan 2009 untuk Shinkansen E5.

Kecepatan Operasi Maksimal bisa mencapai 380 km/jam untuk CRH380A, sedangkan Shinkansen E5 mencapai 350 km/jam. Kereta CRH380A didesain untuk rangkaian 8 gerbong, sedangkan Shinkansen E5 untuk 12 gerbong. Sehingga kapasitas CRH380 memang lebih sedikit yaitu 550-600 orang, dan Shinkansen E5 bisa angkut 925 orang.

Dari sisi kinerja kereta buatan China butuh waktu perawatan yang lama, dengan jarak operasional sampai 1,2 juta km. Sedangkan kereta Shinkansen unggul dalam penggunaan energi yang efisien.

Sistem Keamanan, teknologi kedua kereta tak jauh berbeda yaitu sudah menggunakan sistem keamanan operasi, struktur, proteksi terhadap api yang berstandar internasional. Termasuk sistem pendeteksi asap dan api, hingga sistem peringatan dini gempa. Dalam hal kenyamanan, kedua kereta sama-sama nyaman. Kedua kereta beroperasi lembut bergerak di atas rel tanpa ada efek suara bising. (dtc)

BACA JUGA: