Jakarta - Nilai ekspor komoditas pertanian diprediksi akan mengalami penurunan nilai. Sebab, ekspor produk pertanian tergantung pada harga komoditas dunia dan nilai tukar mata uang.

"Sektor yang dapat terkena imbas dari krisi global, yaitu sektor tradeble seperti sektor pertanian. Sedangkan, sektor non-tradeble seperti sektor telekomunikasi dan sektor transportasi, cenderung tidak terpengaruh dari kedua faktor," ujar pengamat ekonomi makro Ec-Think Indonesia, Telisa Falianty dalam diskusi di EC-Think Indonesia, Jakarta, Selasa (27/9).

Untuk mengantisipasi agar ekspor komiditas pertanian tidak merosot, Telisa menghimbau, agar pemerintah dapat meningkatkan produktivitas produk ekspornya.

Sementara terkait dengan nilai tukar mata uang yang dapat memengaruhi penurunan nilai ekspor, menurut Telisa, pemerintah harus melihat nilai tukar riil yang efektif baik dengan mitra dagang dan pesaing. Apabila nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemahnya lebih tinggi dibandingkan nilai tukar pesaing, maka produk Indonesia akan mendapatkan keuntungannya.

Sementara itu, untuk faktor harga komoditas internasional, diakui Telisa, pemerintah memang sulit untuk melakukan kontrol terhadap harga tersebut. Sebab, harga komoditas ditentukan di bursa-bursa berjangka dunia sehingga pemerintah diusulkan pemerintah memiliki kebijakan untuk merespon guncangan dari harga komoditas internasional.

"Inilah yang akan dibahas dalam forum G20, di mana akan ada semacam aturan (terkait) pasar komoditas internasional ini," pungkas Telisa.

BACA JUGA: