JAKARTA, GRESNEWS.COM - Perum Perhutani berencana akan membangun food estate di area hutan milik perusahaan di Jawa Tengah. Area hutan tersebut akan dimanfaatkan para petani untuk menanam padi dan jagung.

Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, untuk mengembangkan food estate perusahaan akan bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. "Soal food estate, Perhutani ikut bertanggung jawab terutama kepada masyarakat di sekitar hutan," kata Mustoha di Kantor Perum Perhutani, Jakarta, Selasa (3/3).

Perusahaan, kata Mustoha, akan membuat proyek food estate di lahan seluas 4000 hektare di atas lahan zona kawasan adaptif. Dia menjelaskan di zona tersebut akan ada jarak tanam sehingga masyarakat bisa memiliki ruang untuk menanam padi dan jagung.

"Langkah tersebut, dilakukan untuk menaikkan tingkat produktivitas para petani di wilayah lahan milik Perhutani," ujarnya menegaskan.

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perum Perhutani Agus Setyaprastawa mengatakan, perusahaan akan membeli hasil produksi dari petani yang mengelola lahan food estate tersebut. "Tentunya, pembelian hasil produksi tersebut juga dibantu oleh pemerintah daerah untuk ketersediaan pangan di daerah," ujarnya.

Agus mengatakan tujuan perusahaan dan pemerintah daerah menciptakan food estate dan langsung membeli hasil produksi dari petani untuk menghindari praktik kecurangan para tengkulak. "Menguatkan mereka (petani) secara komitmen. Sekarang keyakinan kita itu ikut berpartisipasi kesejahteraan," kata Agus.

Selama ini, kata Agus, para petani lebih senang menjual hasil panennya kepada tengkulak daripada ke perusahaan. Hal itu dikarenakan perbandingan harga ke tengkulak dibandingkan ke perusahaan lumayan besar. Tengkulak berani membeli hasil panen seharga sebesar Rp2200 per kilogram untuk komoditi jagung. Sedangkan ke Perhutani sebesar Rp2000 per kg.

Akibat lebih tinggi penawarannya, para petani lebih memilih menjual ke tengkulak, meski para tengkulak tak selamanya menerima seluruh hasil panen milik petani. "Hal itu berdampak pada penumpukkan hasil panen jagung, akibatnya jagung-jagung tersebut membusuk," pungkas Agus.

BACA JUGA: