JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus menggenjot pertumbuhan pembangunan sektor  Energi Terbarukan ( EBT), kendati capaiannya belum memenuhi target yang diharapkan.  Sebelumnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menargetkan bauran energi terbarukan bisa mencapai 23 persen pada 2023 mendatang.

Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengungkapkan capaian subsektor untuk Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 2016 terjadi penambahan EBT sebesar 205 megawatt (MW) menjadi 1.643,6 MW. Tahun sebelumnya PLTP menghasilkan 1.438,5 MW. Sehingga pada 2017 mendatang, PLTP ditargetkan terjadi penambahan menjadi 1.858,8 MW. Untuk, pembangunan PLTS dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hidro) sudah ada penambahan EBT sebesar 9,45 MW menjadi 282,55 MW.

"Ekspektasi saya tambahan tenaga surya ini 10 MW pertahunnya. Besarnya cuma seperti motor vespa itu," ujar Jonan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Rabu (21/20).

Sementara pembangunan PLT Bioenergi pada 2016 sudah terjadi penambahan sebesar 10,3 MW dari 1.757,4 MW ke 1767,1 MW. Sedang untuk tahun 2017 ditargetkan ada penambahan EBT sebesar 316,6 MW menjadi 2.092 MW.

"Untuk bahan bakar nabati guna campuran bio fuel ke dalam minyak solar 48 itu tahun ini sebesar 3,3 juta kiloliter (KL) per tahun. Capaian ini meningkat dibandingkan 2015 sebesar 0,9 juta KL per tahun. Untuk 2017 akan naik lagi ke 4,6 juta KL per tahun," jelasnya.

Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengakui perkembangan sektor energi terbarukan saat ini masih terhambat kebijakan harga feed in tariff yang ditetapkan Kementerian ESDM. Selain itu, juga dipastikan pada 2017 mendatang sektor EBT tidak mendapat subsidi melalui APBN.

"Namun, setidaknya perizinan dan non perizinan tahun ini telah kami lakukan penyederhanaan," kata Rida di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Rabu (21/12).

BELUM SIGNIFIKAN - Secara  terpisah, pengamat ekonomi yang juga  Direktur Eksekutif Energi Wacth, Mamit Setiawan menilai,  untuk PLTP target peningkatan produksi pada tahun 2017 masih optimis bisa terpenuhi. Sebab PGE masih terus melakukan kegiatan baik itu explorasi maupun development secara masif.

"Karena mereka saat ini masih menjadi tulang punggung dalam industri panas bumi kita. Untuk sektor swasta saya kira kita tidak bisa berharap banyak di tahun depan," kata Mamit kepada gresnews.com, Rabu (21/12).

Sebaliknya, untuk PLTS  pihaknya mengaku tak terlalu optimis bahwa bisa mencapai target. "Karena dukungan pemerintah masih sangat kurang, serta biaya masih menjadi kendala. Begitu juga untuk riset-riset tidak terlalu di support," jelasnya.

Namun,  ia melihat untuk Bioenergi  akan tercapai target, sebab dukungan pemerintah cukup besar dengan berbagai macam kebijakan yang di keluarkan. Tinggal bagaimana agar saat implementasi berjalan dengan baik

Menurutnya, perkembangan EBT sepertinya tidak akan terlalu signifikan, karena pemerintah masih belum menganggap EBT menjadi sesuatu yang penting. "Pemerintah lebih fokus ke energy fossil. Sikap menganaktirikan EBT ini masih saja terjadi. Padahal EBT ke depan akan menjadi tulang punggung kita di sektor energi," ungkapnya.

Diketahui sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber  Daya Mineral (Wamen ESDM) Archandra Tahar, menyampaikan akan mengkaji  ulang aturan-aturan feed in tariff listrik dari energi terbarukan (EBT) baik yang masih dalam penyusunan maupun yang telah diterbitkan, peninjauan kembali aturan tarif tersebut akan mempercepat pengembangan EBT. Sebab saat ini pengembangan EBT masih terhambat oleh masalah harga yang belum ideal bagi investor selaku penjual maupun PT PLN ( Persero) selaku pembeli.

BACA JUGA: