JAKARTA, GRESNEWS.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami depresiasi hingga menyentuh di posisi Rp13.000 per dolar AS. Tentunya depresiasi rupiah akan berpengaruh terhadap kinerja di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengaruhnya bisa positif bisa negatif tergantung seberapa jauh perusahaan pelat merah itu diuntungkan dari penggunaan valuta asing.

Perum Perhutani misalnya, justru merasa diuntungkan ketika dolar AS menguat terhadap rupiah. Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengungkapkan pelemahan rupiah membawa berkah terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sebab perolehan keuntungan perusahaan berasal dari ekspor kayu yang diterima dalam bentuk dolar AS.

Terbukti pencapaian kinerja laba di tahun 2014 mencapai Rp308 miliar, mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar Rp207 miliar.

Secara umum, pendapatan Perum Perhutani juga terdongkrak mencapai Rp4,6 triliun di tahun 2014. Dia mengatakan rata-rata pendapatan lima tahun terakhir nail sebesar 15 persen, rata-rata pertumbuhan biaya hanya sebesar 14 persen. Bahkan perusahaan menargetkan laba akan mengalanmi kenaikan sebesar 12 persen di tahun 2015 dan pendapatan naik mengalami 15 persen.

"Kalau Rp13.000 menguntungkan juga buat Perhutani. Kita juga tidak berdoa kalau rupiah stabil," kata Mustoha di kantor Perum Perhutani, Jakarta, Selasa (3/3).

Kondisi Perhutani ini bertolak belakang dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang pengeluarannya justru banyak yang memakai komponen dolar AS. Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo mengaku khawatir terhadap pelemahan nilai rupiah karena nantinya berdampak terhadap biaya operasional yang semakin tinggi.

Dia menuturkan untuk mengantisipasi pelemahan rupiah, perusahaan mengoptimalkan revenue generator dan cost efisiensi untuk meminimalisir dampak pelemahan rupiah. "Yang kita takutkan jika nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan," kata Arif.

Arif mengatakan dampak pelemahan rupiah hingga menyentuh Rp13.000 memang belum signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sebab dalam menetapkan anggaran kerja perusahaan tahun 2015, Garuda memamng menetapkan asumsi kurs rupiah di angka Rp13.000 per dolar AS dan harga avtur 76 sen dolar AS per liter.

Dengan begitu, angka rupiah per dolar AS sekarang masih masuk hitungan aman. Namun kondisi bisa berubah jika rupiah terus loyo dihadapan mata uang negeri Abang Sam itu.

Hanya saja, kata Arif, Garuda tak terlalu khawatir karena kondisi pelemahan mata uang terhadap dolar AS bukan hanya dialami oleh Indonesia tetapi hampir sebagian mata uang di dunia. Hal itu dikarenakan kondisi perekonomian Amerika Serikat sedang dalam kondisi membaik. "Kita harapkan rupiah menguat dan harga minyak tidak naik," ujar Arif.

BACA JUGA: