JAKARTA, GRESNEWS.COM -  Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempertanyakan rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk menutup sejumlah Pabrik Gula (PG) di PTPN IX, X dan XI.  Rencana penutupan pabrik gula itu telah memicu kekhawatiran petani tebu dan tenaga kerja PTPN.

Dalam Rapat Dengar Pendapat lanjutan dengan perwakilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hari Selasa (7/2) PTPN memberikan jawaban secara tertulis kepada DPR, terkait pertanyaan DPR kepada  PTPN kapan rencana penutupan pabrik gula dan alasan penutupannya. DPR sebelum menghimbau agar penutupan pabrik gula itu tidak berimbas pada perekonomian masyarakat.

Direktur Utama PTPN XI Dolly P Pulungan dalam kesempatan itu mengatakan, belum bisa memastikan kapan PTPN yang akan mengeksekusi kebijakan penutupan pabrik gula IX, X dan XI yang berlokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Dolly pihaknya masih mengkaji waktu yang tepat agar tidak memberi dampak terhadap petani tebu dan tenaga kerja yang telah menggantungkan hidupnya di sektor industri gula.

Menurut Dolly, sejauh ini setidaknya ada sekitar 8000 tenaga kerja yang dikaryakan di pabrik gula yang akan ditutup tersebut. Hal itu pula yang menjadi alasan, bahwa perlu kajian yang komprehensif agar tidak memberi dampak yang signifikan terhadap sektor yang berkaitan dengan industri gula. Termasuk terhadap petani tebu di area perkebunan yang akan ditutup.

"Ini masih nunggu studi kelayakan nanti seperti apa dan kapan pelaksanaannya sehingga nanti tidak mengganggu bisnis PTPN dan masalah sosiologis seputar pabrik gula di daerah masing-masing," kata Dolly kepada gresnews.com di Nusantara I, Senayan, Jakarta.

Dia mengaku telah memikirkan langkah penutupan pabrik gula dan pengalihan peningkatan tcd pabrik yang lain. Kalau ditingkatkan, bisa saja pabrik gula yang ditutup dialihkan menjadi sentra yang produktif. Menurutnya, pabrik gula yang akan ditutup bisa saja dialihfungsikan kepada PG yang efektif.

Terkait soal keluhan petani tebu, yang mengeluhkan akan ada biaya lebih lebih, jika ada penutupan pabrik gula. Sebab petani harus menambah biaya transportasi saat mengirim tebu kepada pabrik tebu yang baru. Pihak PTPN, imbuh Dolly, akan membantu petani soal biaya transportasi bagi petani.

"Area petani tersebut kalau tebunya kita ambil maka kita akan kasih subsidi jarak. Jadi mereka tidak akan kekurangan pendapatan," tegas Dolly.

PEMATANGAN RENCANA - Sekretaris Perusahaan PTPN XI Agus Priambodo mengatakan hal yang sama terkait langkah PTPN menutup pabrik gula. Menurut Agus, pihak PTPN memang sedang mengkaji secara serius soal dampak yang ditimbulkan ketika kebijakan penutupan dilakukan.

"Intinya tetap untuk kesejahteraan petani juga. Sejauh ini memang dalam pematangan terkait langkah penutupan itu, masih banyak yang dikaji lagilah," ungkap Agus kepada gresnews.com di tempat yang sama.

Anggota DPR dari Komisi VI Abdul Wachid sebelumnya juga memberi warning terkait rencana penutupan PG. Pasalnya, industri gula tersebut memiliki kaitan dengan sektor lain yang menjadi penggerak perekonomian rakyat.

"Penutupan pabrik gula itu kan berdampak kepada ekonomi di daerah. Di situ ada pabrik gula dan ada roda ekonomi. Mulai dari tukang ojek, penjual rokok dan lainnya," ujar politikus dari fraksi Gerindra ini di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta (24/1).

Wachid justru menekankan adanya diselesaikan lebih dahulu di bagian hulu industrinya. Pasalnya hulu dari persoalan gula yakni petani tebu memang mulai malas menanam tebu lantaran tidak ada kepastian soal harga dan minimnya perhatian pemerintah terhadap petani tebu. Aspek ini menurut Wachid yang mesti digenjot dengan memberi akses kredit yang mudah dan stabilitas harga tebu paska panen sehingga pasokan bahan baku untuk pabrik gula  tetap terjaga.

BACA JUGA: