JAKARTA, GRESNEWS.COM - Untuk menciptakan ketahanan pangan dan stabilisasi harga, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memerintahkan kepada Perum Bulog untuk menguasai 11 bahan pokok. Sebab selama ini, Perum Bulog hanya menguasai dunia perberasan. 11 bahan pokok tersebut diantaranya padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi, ikan, garam, cabe, ayam, dan bawang merah.

Deputi Bidang Infrastruktur Bisnis Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan untuk menguasai 11 bahan pokok tersebut, Bulog harus menunggu Instruksi Presiden (Inpres) sebagai bentuk penugasan. Sembari menunggu Inpres, Bulog harus bersinergi dengan perusahaan BUMN pangan. Sebagai contoh, nantinya Bulog akan bersinergi dengan PT Berdikari (Persero), dimana Berdikari merupakan BUMN yang memproduksi daging sapi. Sinergi tersebut dilakukan agar dapat menciptakan stabilisasi harga daging.

Dia mengatakan dalam road map ketahanan pangan jika mengacu kepada Inpres 5 Tahun 2015, Bulog memiliki tugas untuk mempunyai kewajiban untuk mengambil alih padi atau beras. Dimana Bulog harus menyerap gabah kering panen, gabah gering atau giling dan juga beras. Dalam Penyerapan produksi pangan, Bulog juga harus meningkatkan kapasitas penyimpanan beras. Sebab saat ini, penyimpanan kapasitas beras hanya 3,9 juta ton besaran jumlah tersebut hanya sekitar 3 persen sampai 7 persen dari jumlah beras yang beredar sebanyak 43 juta ton.

Menurutnya besaran penyimpanan kapasitas beras yang paling ideal sebesar 15 persen. "Jadi bagaimana ke depan Bulog bisa memegang stok beras sampai dengan 15 persen dari 43 juta ton, ini idealnya," kata Wahyu, Jakarta, Kamis (17/12).

Untuk itu terdapat 5 inisiatif yang akan dikerjakan Bulog dalam rangka meningkatkan cadangan beras nasional. Pertama, Bulog akan mencoba menggarap lahan pertanian. Hal itu dilakukan bukan berarti Bulog akan bercocok tanam tetapi Bulog akan mengusulkan ke pemerintah untuk membangun food estate. Kedua, modernisasi penambahan sarana pengolahan atau penyimpanan. Ketiga, kerjasama penyerapan hasil panen yang tentunya melalui kerjasama, supaya ada kepastian pasokan bagi Bulog.

Keempat, pengembangan jalur distribusi pangan. Kelima, penguatan fungsi Bulog. Menurutnya penguatan fungsi Bulog melalui pembentukan satu anak usaha dalam distribusi yang diintegrasikan dengan PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero).

"Bulog juga akan koordinasi dengan BUMN yang mempunyai fungsi logistik dan distribusi. Banyak BUMN yang mempunyai fungsi distribusi, kami akan coba satu per satu," kata Wahyu.

KURANG SINERGI - Sementara itu, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K.Ro menilai sulitnya menciptakan ketahanan pangan dikarenakan selama ini perusahaan BUMN hanya fokus di lini bisnisnya masing-masing. Menurutnya isu ketahanan pangan adalah isu yang dimiliki regulator, sementara perusahaan BUMN yaitu Perum Bulog sebagai operator yang bertugas untuk menciptakan stabilisasi harga dan ketahanan pangan.

Untuk itu, Aloysius mengatakan perlunya BUMN untuk melakukan sinergi perusahaan BUMN, dimana didalamnya terdapat logistik yang akan melibatkan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia/PPI (Persero). Hal itu dilakukan agar dalam menjalankan distribusi dapat menjaga ketepatan waktu.

"Ketahanan pangan harus didefinisikan apakah stabil harga. Salah satu sektor yang penting adalah ketahanan pangan, Bulog akan balik lagi menguasai 11 bahan pokok," kata Aloysius.

PERKUAT DATA - Salah satu 11 bahan pokok yang bakal dikelola Bulog adalah garam. Namun data hasil konsumsi maupun produksi garam sangat meragukan. Padahal pasokan data yang benar sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yang kuat.

Pengamat ekonomi Faisal Basri meragukan validitas data hasil konsumsi dan produksi garam baik kualitas maupun kuantitas. Menurutnya, anomali konsumsi garam rumah tangga dan produksi garam petambak, melemahkan validasi data sebagai bahan baku meracik kebijakan.

"Kebijakan bagus kalau disusun dengan bahan yang bagus. Bahannya yaitu data. Nah datanya saja ngeri terutama produksi petambak dan konsumsi rumah tangga," ungkap Faisal Basri, Kamis (17/12).

Data tersebut menjadi bagian dari bahan baku menyusun kebijakan pemenuhan kebutuhan garam industri termasuk impor. Menurut Faisal, kebijakan penyediaan garam industri akhirnya kena dampak. Produksi garam lokal yang belum bisa memenuhi standar industri dan tidak kunjung meningkat, dihadapkan pada tantangan terus tumbuhnya kebutuhan industri.

Transaksi perdagangan November kembali defisit. Impor yang besar yaitu pertama mesin mekanik, mesin elektrik, kedua besi dan baja, ketiga lalu plastik dan produk plastik, keempat industri kimia. Garam merupakan bahan baku plastik yang impornya mencapai US$ 8 miliar dan bahan baku industri kimia yang impornya US$ 7 miliar.

Faisal Basri mengaku keheranan dengan data peoduksi garam. Terjadi anomali produksi di tengah lahan yang tidak bertambah.

Tahun 2012 secara ajaib produksi naik 2 juta ton. Setahun kemudian turun lagi mendekati 1 juta ton, lalu 2014 naik mendekati 2,2 juta. "Ini seperti roller coaster. Padahal lahan nggak bertambah," imbuhnya.

Data konsumsi pun demikian, Faisal Basri menilai janggal jika konsumsi rumah tangga yang stabil hingga 2013 sebesar 700 ribu ton lalu kemudian merosot menjadi 511.000 ton pada 2014. "Apa ada gerakan diet garam? Kan nggak ada," tambahnya.

Faisal menyebut, pelaku industri berbahan baku garam jadi kena getahnya. Padahal menurutnya data garam industri paling jelas pengumpulannya karena penggunanya jelas.

IMPORTIR TUNGGAL JAGUNG - Jagung juga menjadi salah satu 11 bahan pokok yang bakal dikelola Bulog. Pemerintah pun sudah memutuskan kuota impor jagung pada 2016, dengan volume 2,4 juta ton. Berbeda dari yang sebelumnya, impor akan dilakukan seluruhnya oleh Bulog.

Volumenya sekitar 30% dari kebutuhan, yaitu 200.000 ton per bulan atau 2,4 juta per tahun. Keputusan tersebut, menurutnya sudah mempertimbangkan angka produksi dalam negeri, yaitu 70% dari total kebutuhan.

"Jagung rata-rata kita impor 30% dari kebutuhan, rata-rata 70% sudah dari dalam negeri," ujar Panggah Susanto, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, usai rapat koordinasi di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (16/12).

Bulog akan menjadi importir tunggal jagung. Lewat keputusan ini, perusahaan yang ingin mendapatkan jagung, harus membeli ke Bulog. ‎Hal ini ditujukan sebagai bentuk pengawasan pemerintah terhadap komoditas jagung.

Meski demikian, perlu diperhatikan juga harga jagung yang berlaku di level internasional. Diharapkan ‎Bulog tidak kemudian merugi akibat pergerakan harga. (dtc)

BACA JUGA: