JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana membentuk holding BUMN dibidang printing dan media. Rencana pembentukan holding ini dirintis melalui pembentukan kerjasama operasional (KSO) yang terdiri dari PT Balai Pustaka (Persero), Perum Percetakan Negara Indonesia (PNRI), Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) Antara dan Perum Produksi Film Negara (PFN). Nama KSO tersebut dinamakan National Publishing and News Corporation (NPNC).

Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan pembentukan KSO merupakan tahapan awal menuju pembentukan holding BUMN printing dan media. Pada awalnya pembentuan KSO dilakukan oleh PNRI dan Balai Pustaka. Mekanisme KSO tersebut seolah-olah kedua perusahaan tersebut menjadi satu perusahaan, kemudian menggandeng PFN untuk membentuk KSO.

"Gampangnya menjadi satu operasi.  Kita lihat jadi satu dengan Antara," kata Fajar di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (22/1).

Direktur Utama PT Balai Pustaka (Persero) Saiful Bahri memaparkan bahwa perbedaan masing masing perusahaan BUMN itru akan saling melengkapi. Masing-masing perusahaan BUMN, menurutnya,  memiliki kompetensi yang saling melengkapi. Dimana, Balai Pustaka memiliki kompetensi publicing, printing dan multimedia. Kemudian PNRI memiliki kompetensi di bidang percetakan, dan PFN memiliki kompetensi di bidang audio visual sedangkan Antara memiliki kompetensi di bidang media pemberitaan.

Saiful mengatakan selama ini baik PNRI dan Balai Pustaka dinilai tidak fokus dalam menjalankan bisnisnya karena jika mengikuti tender, PNRI dan Balai Pustaka harus bersaing. Saat ini Balai Pustaka sudah melakukan transformasi dari bisnis cetak ke digital. Oleh sebab itu, Balai Pustaka menggandeng PNRI apabila mendapatkan proyek percetakan.

"Beberapa proyeksi pekerjaan sudah dirintis. Kami memposisikan sesuai posisi marketing PNRI, sesuai dengan kompetensi masing-masing," kata Saiful.

Direktur Utama PNRI Djakfarudin Junus juga menilai dengan adanya NPNC, empat perusahaan BUMN saling bekerjasama dan memanfaatkan potensi masing-masing perusahaan. Dia mencontohkan pada saat Pilkada, dimana PNRI mendapatkan proyek percetakan dari Balai Pustaka, profit yang diterima mencapai 10 persen. Perolehan profit tersebut hanya dari 10 Kabupaten, secara total terdapat 500 Kabupaten.

Dia menjelaskan untuk mengikuti tender proyek keempat perusahaan tersebut tidak lagi menggunakan masing-masing nama perusahaan, tetapi sudah menggunakan nama NPNC. Penggunaan NPNC agar perusahaan dipandang memiliki skala yang lebih besar. Dia mencontohkan seperti NPNC mengikuti tender pengadaan buku dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian proyek dari Iran untuk pengadaan buku pendidikan agama.

"Kita harus grab the market," kata Djakfaruddin.

BUMN yang tergabung dalam BUMN Kluster Media adalah PT Balai Pustaka (Persero), Perum Percetakan Negara Republik Indonesia, Perum Antara, dan Perum Film Negara (PFN).

Produk NPNC adalah konten seperti buku, kalender, buku agenda, laporan tahunan, buku prospektus; percetakan seperti percetakan umum, percetakan sekuritas, percetakan smart card, percetakan kemasan & label; multimedia seperti film layar lebar, film dokumenter, animasi, konten digital, aplikasi, iklan, komunikasi pemasaran, layanan foto; event organizer seperti pelatihan pembuatan film, pelatihan menulis, pelatihan jurnalistik, penyelenggara pameran, festival film; produk csr seperti taman bacaan masyarakat.


ROAD MAP BUMN - Penggabungan perusahaan BUMN Printing dan Media merupakan bagian rencana atau road map BUMN di tujuh bidang usaha. Disebutkan Menteri BUMN Rini Soemarno salah satu tujuan dilakukannya merger sejumlah perusahaan BUMN sesuai bidangnya itu untuk sinergi agar BUMN bisa menjadi lebih kuat dan makin tangguh, hingga mampu menjadi pemain global dan dapat menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2016.

Menurut Rini, Konsep sinergi ini ditekankan pada dua hal yaitu tangible dan intangible. Untuk di bidang pariwisata dengan meningkatkan aksesibilitas ke lokasi-lokasi pariwisata dan pengembangan fasilitas layanan wisata secara langsung.

Sinergi tersebut meliputi tiga BUMN Pariwisata yaitu PT Hotel Indonesia Natour, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC) dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development (ITDC).

Sedangkan BUMN Transportasi terdiri atas PT Angkasa Pura II, PT Garuda Indonesia, PT Kereta Api Indonesia, PT Pelindo I-IV, PT Pelni dan Damri.

Sementara dari sektor energi direncanakan dengan penggabungan pengelolaan pipa gas milik PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dengan pipa gas milik PT Pertagas, anak usaha Pertamina. Penggabungan pipa gas PGN dan Pertagas ini akan menyuplai kebutuhan pembangkit PLN dalam rangka pengadaan listrik 35.000 MW, termasuk melibatkan PT Batubara Bukit Asam dan PT Energy Management Indonesia (EMI).

Di Sektor Usaha Agro dan Farmasi, salah satu fokusnya ditekankan  pada ketahanan pangan dengan meningkatkan peran Perum Bulog sebagai penggerak utama untuk merealisasikan ketersediaan, jangkauan dan kualitas pangan.

Pada sektor Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan, terkait pembangunan jalan tol, jalur kereta api, pelabuhan.

Pada Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan salah satu fokus adalah menegaskan keterjangkauan akses jasa keuangan di masyarakat, dengan penguatan pada usaha asuransi serta pengembangan BPD Syariah. Termasuk diantara di jasa percetakan dan media.

Sementara pada Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha, dalam jangka menengah Kementerian BUMN akan melakukan right sizing (penyesuaian jumlah) perusahaan BUMN dari saat ini 119 perusahaan menjadi hanya 85 BUMN. Langkah right sizing dilakukan dengan membentuk holding melalui merger, akuisisi maupun penggabungan di sejumlah sektor usaha, seperti pelabuhan, energi, pertambangan, jasa keuangan, infrastruktur dan sektor lainnya.

Pada tahun 2019, program ini direncanakan sudah terealisasi. Pengurangan jumlah BUMN dimaksudkan agar korporasi lebih kuat, lincah, dan mampu bersaing di kancah internasional.

 

BACA JUGA: