JAKARTA, GRESNEWS.COM - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,8 persen masih sangat memungkinkan tercapai. Sebab perekonomian global diprediksi akan membaik sehingga dapat turut serta mendorong laju perekonomian Indonesia.

Hal tersebut dinyatakan Bambang dalam menanggapi pertanyaan fraksi-fraksi dalam pembahasan pembicaraan pendahuluan RAPBN 2016. Walaupun perekonomian global akan membantu perkembangan perekonomian nasional. Namun, pertumbuhan perekonomian nasional lebih terpengaruh pada hal-hal yang terjadi di dalam negeri.

"Misalnya saja ini kita mau hadapi pilkada serentak, pola nilai tukar Rupiah harus dijaga dengan serangkaian  kebijakan," katanya dalam paparan di Sidang Paripurna DPR RI, Senayan, Kamis (28/5).

Untuk itu, Kemenkeu juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia untuk melakukan serangkaian kebijakan guna memperbaiki defisit neraca berjalan. "Kami juga telah menyiapkan langkah antisipasi guna menangani hal-hal di luar perencanaan," katanya.

Kemenkeu juga berusaha menjaga tingkat inflasi agar selalu rendah dan stabil. Oleh karenanya, kebijakan fiskal dan moneter pun perlu diatur dengan baik. Pada perencanaan jangka panjang, ia menginginkan perubahan inflasi tak ikut menyeret perubahan pada Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Pemerintah sependapat dengan pandangan dewan, penguatan peran inflasi baik pusat maaupun daerah amat penting agar laju inflasi nasional bisa terjaga," katanya.

Pada sisi kepatuhan oajak, pemerintah akan melakukan penyempurnaan sistem perpajakan seperti penggunaan SPT PPH e-filling. Hasil penghematan belanja pun dapat dirasakan dengan semakin produktifnya pembangunan dan transer daerah. Untuk rasio hutang, Bambang menyatakan masih dalam batas aman.

"RAPBN 2016 ini disusun guna menuju masyarakat yang adil dan berkesinambungan," katanya.

Pimpinan sidang Paripurna, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto pun menyatakan tanggapan pemerintah terhadap pernyataan fraksi pada pembahasan pembicaraan pendahuluan RAPBN 2016 telah mencukupi. "Sesuai tatib dan UU MD3 selanjutnya akan dibahas di Badan Anggaran," katanya menutup sidang.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015, tercatat sebesar 4,7 persen. Dengan angka ini, Indonesia dinilai akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi lima persen, apalagi 5,8 persen.

Sebelumnya pengamat ekonomi Universitas Atmajaya, A. Pransentyantoko, pernah mengatakan bahwa Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun sebesar 5,4 persen. Tetapi, angka tersebut dirasa sulit untuk dicapai. Pertumbuhan ekonomi secara per kuartal mengalami tren melambat setelah tahun 2011.

Dia memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 sebesar 6,5 persen. Penggerak melambatnya pertumbuhan, yaitu ekspor non migas melambat sejak triwulan IV-2011, sehingga menimbulkan defisit transaksi berjalan sejak 2012.

"Turunnya pertumbuhan ekspor itu terasa dampaknya dalam makro ekonomi sekarang," kata dia.

Prasentyantoko melanjutkan, ekspor bisa tumbuh 14,8 persen pada 2011, sedangkan pada 2014 hanya satu persen. Dia menyebut, perlu ada perbaikan ekspor dengan mengubah struktur ekspor, yaitu ekspor komoditas diganti dengan ekspor barang manufaktur.

BACA JUGA: