JAKARTA, GRESNEWS.COM - Hasil uji lab yang dilakukan oleh serangkaian lembaga pemerintah,  seperti Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri, BPOM,  Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian dinilai perlu dikaji ulang. Pasalnya, masyarakat sampai saat ini masih meyakini beras plastik itu ada dan dianggap sebagai ancaman serius.

Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta menilai, uji lab pemerintah yang mengatakan hasil pemeriksaan keberadaan beras plastik negatif,  terkait tidak adanya beras berbahan plastik perlu dikaji ulang. Marius mengaku heran dengan hasil tersebut sebab terbukti sudah ada korban yang menderita akibat mengkonsumsi beras plastik.

"Sudah jelas ada korban dari bahaya beras plastik ini. Namun saya bingung hasil lab pemerintah negatif. Penelitian tidak cukup hanya dilakukan satu kali dan langsung menarik kesimpulan," kata Marius kepada Gresnews.com, Kamis (28/5).

Seperti diketahui, ancaman beras plastik telah menimpa keluarga Naiman salah seorang petugas kebersihan di Kelurahan Depok Jaya, Pancoran Mas, Depok. Menurut kabar yang beredar, pada Senin 18 Mei lalu Naiman beserta keluarga mengalami muntah setelah mengkonsumsi beras berbahan sintetis.

Menurut Marius, pemerintah tidak boleh abai terhadap hasil lab yang ditemukan oleh PT Sucofindo. Marius merasa perlu diadakan kajian ulang lab oleh pemerintah, sebab PT Sucofindo dinilai sebagai lembaga internasional yang cukup kredibel dalam hal penelitian.

Marius mengungkapkan, bisa jadi penelitian lab versi pemerintah hasilnya negatif karena tidak mengambil seluruhnya bagian sampel yang mengandung plastik. "Mungkin saja waktu uji sample bagian plastiknya tidak terambil," ungkap Marius.

Marius menjelaskan, sesuai prosedur penelitian perlu dilakukan sejumlah langkah yaitu menggunakan metode penelitian makroskopis (uji lab menggunakan mikroskop) untuk mengetahui kandungan sampel yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang seperti yang saat ini dilakukan.

Tidak hanya itu, kemudian dalam suatu penelitian harus dibarengi juga metode organoleptik. Dimana pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penilaian penerapan mutu. Artinya, pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, rendahnya mutu dan kerusakan lainnya dari produk.

Marius menambahkan, dalam kegiatan penelitian juga harus melibatkan 3 lembaga yaitu dari laboratorium pendidikan, swasta dan pemerintah. Menurut pengalamannya, dari ketiga lembaga tersebut, biasanya terdapat dua hasil lab yang sama. Marius menyebut, setelah melalui tahapan tersebut barulah bisa ditarik hasil kesimpulan suatu penelitian.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang tergabung dalam tim penelitian pemerintah membantah adanya indikasi beras plastik yang selama ini beredar di masyarakat. Hal tersebut ditegaskan Kepala BPOM Roy Sparringa.

Menurut Roy, sampel beras yang diduga berbahan sintetis telah melalui tahapan uji lab yang dilakukan oleh Puslabfor Polri, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Pengkajian dan terutama Penerapan Teknologi (BPPT).

"Hasil penelitian yang ada menunjukan beras plastik itu negatif," kata Roy di Kantor Presiden, Selasa, (26/5).

BACA JUGA: