JAKARTA, GRESNEWS.COM - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seharusnya menjadi agen dalam pembangunan agar merata di seluruh Indonesia. Namun yang terjadi saat ini peran BUMN hanya sebagai alat untuk menyalurkan kebijakan pemerintah saja tanpa melakukan perhitungan yang matang. Sistem monopoli yang dipakai pemerintah kerap membuat BUMN justru terbuai dan kedodoran dalam menjalankan bisnisnya.

Alhasil banyak BUMN yang kendati telah memonopoli usahanya masih juga dalam kondisi merugi. Sejatinya pemerintah Indonesia dapat melihat kebijakan China dalam memperlakukan BUMN mereka. Terhadap seluruh BUMN, pemerintah China memberlakukan kebijakan dividend payout ratio (DPOR) sebesar 0% sejak 1994. Artinya China tidak meminta deviden kepada BUMN-BUMN mereka.

Tujuannya agar seluruh hasil laba BUMN bisa dipergunakan untuk memperbesar usaha BUMN tersebut dengan meningkatkan pembentukan modal atau investasi. Dampaknya tidak hanya menyebabkan BUMN China menjadi perusahaan sehat dan kuat di tingkat global, tetapi juga mampu menjadi kontributor utama bagi ekonomi China yang dalam satu dekade terakhir tumbuh rata-rata sekitar 10%.

Monopoli ini memang menjadi momok yang menakutkan bagi para pengusaha swasta. Misalnya di sektor logistik, para pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) terang-terangan menentang monopoli di sektor logistik baik dilakukan melalui induk atau anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Ketua Umum DPP ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan praktik monopoli membuat pelaku usaha swasta khawatir akan adanya persaingan tidak sehat yang berpotensi “mematikan” usaha perusahaan swasta. "Monopoli BUMN yang terjadi untuk kesekian kalinya membuat iklim usaha menjadi tidak sehat, mengancam kelangsungan usaha swasta, dan tidak berkeadilan," ujar Yukki dalam keterangan persnya pada gresnews.com Jakarta, Kamis (6/4).

Pernyataan Yukki, yang juga merupakan Ketua Umum AFFA (ASEAN Federation of Forwarders Association) tersebut menyusul rencana sinergi yang dilakukan antara PT. Garuda Indonesia bersama Angkasa Pura II untuk mengintegrasikan kargo pada lima bandara terbesar di Indonesia antarala lain Jakarta, Surabaya, Medan. Makassar, dan Denpasar.

Yukki menilai adanya kecenderungan monopoli yang dilakukan kedua BUMN tersebut. Kendati demikan ia mengaku ikut berbangga bila perusahaan-perusahaan BUMN bisa tumbuh besar. Namun, ia meminta kepada pemerintah agar memperhatikan juga keseimbangan dan kelanjutan sektor usaha yang dimiliki pihak swasta. Sebab, perusahaan swasta juga memiliki peran penting dalam meningkatkan daya saing.

Kasus monopoli pun turut memicu reaksi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi), Bahlil Lahadalia. Ia meminta agar peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diperkuat untuk mencegah disparitas yang terlalu besar di dalam dunia usaha itu sendiri. Disparitas antara pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), hingga usaha besar di Tanah Air sangat besar.

Ia mengatakan, UMKM di Indonesia terus bertambah bahkan diperkirakan mencapai 56 juta pelaku usaha. Herannya, pelaku UMKM ini tidak mengalami peningkatan signifikan dari segi aset dan kapasitas usaha. Sedangkan usaha-usaha konglomerasi kian menggurita dan mengalami pertumbuhan aset yang spektakuler.

"Ini yang membuat disparitas di dunia usaha itu kian complang. Ada yang kurang sehat di kebijakan dan struktur industri kita. Dari puluhan juta usaha kecil yang ada, rata-rata usaha kecil itu mentoknya nanti di menengah saja. Seperti ada kekuatan besar yang menghalangi dia naik ke atas. Ini yang harus kita perangi untuk pemerataan," tandas Bahlil.

SINERGI BUMN LOGISTIK - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. optimistis kerjasama anak usahanya, Garuda Indonesia Cargo dengan anak usaha PT Angkasa Pura II (Persero), yaitu PT Angkasa Pura Kargo akan mengintegrasikan kargo pada lima bandara terbesar di Indonesia.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Arif Wibowo mengatakan, kerja sama antara Garuda Indonesia Cargo dengan PT Angkasa Pura Kargo akan diberlakukan pada empat bandara lainnya tak hanya di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta tapi Medan, Surabaya, Makassar, dan Denpasar.

"Tidak hanya di Soekarno Hatta, tetapi whole Angkasa Pura, jadi bandara kita kerjasamakan semua dengan mereka, karena mereka punya sistem logistiknya," ungkap Arif Wibowo di Hotel Borobudur, Kamis (30/3/2017).

Dikatakan dengan sinergi badan usaha milik negara ini maka akan mempercepat pertumbuhan kargo.

Sebelumnya, Denny Fikri, Direktur Utama PT Angkasa Pura Kargo mengatakan sangat menyambut baik sinergi dengan anak usaha Garuda Indonesia. Dia yakin kerjasama ini bisa mendongkrak pendapatan perusahaan yang baru berusia satu tahun ini.

"Ini merupakan langkah strategis perusahaan dalam meningkatkan layanan di bisnis kargo dan logistik bandara. Kami optimis dapat memberikan manfaat dan juga kontribusi atas pendapatan kedua perusahaan," kata Denny Fikri dalam siaran pers, Rabu (29/3/2017).

Menurutnya salah satu poin kerjasama adalah layanan Cargo Sales Agent, yakni Angkasa Pura Kargo menjadi mitra dari Garuda Indonesia Cargo dalam pelayanan pengiriman kargo melalui maskapai Garuda Indonesia.

Direktur Cargo Garuda Indonesia Sigit Muhartono mengatakan, MoU ini akan menciptakan sinergi antar BUMN atas potensi dan keahlian yang dimiliki masing-masing perusahaan. Ke depannya antara BUMN semakin memperkuat dan mempercepat perluasan layanan kargo baik dalam skala nasional maupun internasional.

"Komitmen bersama ini merupakan bagian bagian dari visi dan strategi perusahaan dalam memperkuat lini bisnis kargo Garuda, hal tersebut juga sejalan dengan target perusahaan dalam meningkatkan potensi pertumbuhan bisnis kargo Garuda sebesar 30% pada 2017," katanya.

Adapun penandatanganan nota kesepahaman antara Garuda Indonesia dan Angkasa Pura Kargo tersebut nantinya juga meliputi kerjasama di bidang logistik dan supply chain, pengelolaan pergudangan di kawasan, pemeriksaan keamanan kargo dan pos (agen inspeksi/regulated agent), pelayanan jasa kargo dan pos lainnya, hingga Cargo Sales Agent.

Penjajakan kerja sama yang dilakukan antara Garuda Indonesia dan AP Kargo merupakan sinergi BUMN berkelanjutan yang sebelumnya telah dilakukan melalui kerjasama dukungan pemanfaatan lahan bisnis komersial AP II dengan Garuda Indonesia dalam menunjang potensi market antar kedua BUMN.

BACA JUGA: