JAKARTA, GRESNEWS.COM - Kondisi perekonomian Indonesia belum menunjukkan perbaikan berarti.  Padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya pernah memprediksi perekonomian bakal meroket mulai September ini.

"Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas November itu bisa begini (tangan menunjuk ke atas)," kata Jokowi di Istana Bogor, Rabu (5/8/).

Mengutip data Badan Pusat Statistik terbaru pada September 2015, nilai ekspor Indonesia tercatat mencapai US$ 12,53 miliar, turun 17,98% dibandingkan September 2014. Sementara impor turun 25,95%. Kabar baiknya neraca perdagangan Indonesia surplus.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan bila dibandingkan Agustus 2015, nilai ekspor Indonesia turun 1,55%. "Ada perbedaan September dan Agustus. September 30 hari, Agustus 31 hari. Ekspor dan impor signifikan, satu hari juga, penurunan ini belum berarti terjadi penurunan yang signifikan," katanya, Kamis (15/10).

Sementara total ekspor Januari-September 2015 adalah US$ 115,07 miliar, turun 13,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor non migas pada Januari-September 2015 US$ 100,7 miliar, turun 7,87% dibandingkan September 2014.

Ekspor terbesar adalah lemak dan minyak nabati, senilai US$ 14,96 miliar. Sementara penurunan ekspor terbesar adalah bahan bakar mineral, yang turun 22,48% menjadi US$ 12,5 miliar.

Untuk impor, nilai impor Indonesia pada September adalah US$ 11,51 miliar, turun 25,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara dibandingkan Agustus 2015 turun 7,16%.

Impor migas turun 9,92%, dari US$ 2,11 miliar menjadi US$ 1,99 miliar di September 2015. Untuk impor non migas turun 6,82% menjadi US$ 9,6 miliar.

Lewat hasil ini, maka neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 1,02 miliar di September 2015. Suryamin mengatakan, surplus neraca perdagangan di September ini merupakan yang terbesar keempat, Juli US$ 1,38 miliar, Mei US$ 1,08 miliar, Maret US$ 1,03 miliar dan September surplus US$ 1,02 miliar. Secara kumulatif, sepanjang Januari-September 2015 nilai surplus neraca perdagangan Indonesia adalah US$ 7,13 miliar.
TERTOLONG EKSPOR PERHIASAN -  Salah satu ekspor yang naik tajam selama September ini adalah perhiasan dan permata, yaitu sebesar 30%. "Bahkan akumulasi perhiasan dan permata naik 32,6%," kata Suryamin.

Di sisi lain, impor perhiasan terjadi penurunan sangat tajam 91,72%. Eskpor meningkat cukup tajam US$ 560 juta, "Artinya mudah-mudahan (ekspor) seperti batu akik meningkat," ujarnya.

Peningkatan ekspor satu akik ini sudah terlihat sejak awal Januari - Mei 2015 lalu. Salah satu negara tujuan ekspor batu ini adalah Swiss. Nilai ekspor Indonesia ke Swiss melonjak sepanjang Januari-Mei 2015 hingga 1.867 persen menjadi US$ 627,3 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan ekspor tersebut berasal dari produk perhiasan yang meningkat 36 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu menjadi US$ 199,7 juta. Peningkatan ekspor ke Swiss seiring dengan upaya pemerintah melakukan dialog dengan negara di Pegunungan Alpen tersebut. Padahal, sebelumnya perdagangan Indonesia dengan Swiss mengalami defisit.

Indonesia memiliki 45 jenis batu akik yang potensial dilakukan ekspor. Setiap daerah di Indonesia pun memiliki kekhasan batu akik. Karena itu, tidak heran banyak kolektor ataupun pedagang dunia berburu batu akik ke Indonesia.

Berdasar-kan data Gemstone Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur, penjualan batu akik terus meningkat. Bahkan, perputaran uangnya mencapai Rp 5-10 miliar setiap hari.

Secara terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengakui penjualan batu akik ke luar negeri meningkat. Industri perhiasan termasuk salah satu yang nilai ekspornya naik.

"Pertama, industri pangan, ya itu biskuit dan segala macam. Yang kedua permata, perhiasan ya batu akik termasuk, kita lumayan masih punya batu akik, tapi kan enggak mungkin jadi besar juga jumlahnya," ujar Darmin di kantornya.

Sementara yang ketiga, kata Darmin, alat transportasi yaitu sepeda motor. Sedangkan yang keempat adalah ekspor alas kaki.
RUPIAH PERKASA - Nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dolar AS pagi ini sampai menyentuh level terendahnya di Rp 13.240. Hingga siang ini mata uang Paman Sam ada di kisaran Rp 13.361.

BPS mencatat nilai tukar rupiah menguat terhadap empat mata uang di awal Oktober. Empat mata uang tersebut adalah dolar Amerika Serikat (AS), euro, yen, dan dolar Australia.

"Kami pilih 4 mata uang ini karena paling dominan, dan kami melihat di tempat penukaran mata uang yang banyak konsumennya," kata Suryamin.

Rupiah terhadap dolar AS naik 4,64%, rupiah terhadap dolar Australia 2,63%, rupiah terhadap euro 4,3% dan rupiah terhadap yen 4,75%.

Ia mengatakan, sampai akhir September kemarin, rupiah masih melemah lawan empat mata uang tersebut. Terutama terhadap dolar AS yang memang naik tinggi pada waktu itu.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menuturkan tajamnya penguatan rupiah memang dikarenakan‎ sebelumnya pelemahan yang terjadi terlalu dalam. Bahkan menurutnya sudah jauh beranjak dari fundamentalnya.

"‎Sebenarnya ini belum (fundamental) nilai rupiah kita, Ini sudah bablas selama beberapa bulan ini. Sudah spekulasi macam-macam. Euforia, histeria, sudah nggak karu-karuan. Kemudian dia sedang menuju balik pelan-pelan," ujar Darmin, Kamis (15/10)

Darmin menambahkan, penguatan memang tidak hanya dialami oleh rupiah. Namun juga banyak mata uang di berbagai negara. Ini merupakan akibat dari realisasi perekonomian AS yang ternyata tidak sesuai espektasi.

"Jadi kurs itu memang dalam situasi begini arahnya dolar agak melemah. itu umumnya karna dia nggak jadi naikkan tingkat bunga data-data perekonomian nggak terlalu bagus. Itu satu hal," jelasnya.

"Kedua kalo dia melemah banyak mata uang lain menguat tinggal siapa yang lebih besar menguat. Yang menguat lebih besar negara yang mempersiapkan diri untuk memperbaiki ekonnya. Jadi bergabung dia. Kalau anda mempersiapkan diri bisa menguat lebih tinggi. Kalau Anda nggak mempersiapkan diri menguat tapi nggak banyak‎," paparnya. (dtc)

BACA JUGA: