JAKARTA, GRESNEWS.COM - Secara tak terduga, pemerintah ternyata mempercepat realisasi kenaikan harga bahan bakar minyak per dini hari tadi, Sabtu (28/3) pukul 00.00. Padahal pemerintah sebelumnya menyatakan akan menaikkan harga BBM per tanggal 1 April. Harga BBM jenis premium dan solar dinaikkan sebesar Rp500/liter dengan alasan mempertimbangkan dinamika mutakhir harga minyak dunia dan perekonomian nasional.
 
Dengan demikian, harga BBM jenis solar per hari ini naik dari Rp 6.400/liter menjadi Rp 6.900/liter. Sementara harga Bensin Premium RON 88 naik dari Rp 6.800/liter jadi Rp 7.300/liter (harga di luar Jawa-Madura-Bali) dan Rp 7.400/liter (Harga di Jawa-Madura-Bali). Harga Minyak Tanah dinyatakan tetap, yaitu Rp. 2.500/liter (termasuk PPN).

Harga baru ini berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 39 tahun 2014 Tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM), yang telah diubah dengan Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2015. "Dengan meningkatnya rata-rata harga minyak dunia dan masih berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah dalam 1 (satu) bulan terakhir, maka Harga Jual Eceran BBM secara umum perlu dinaikkan," kata Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja.

Wiratmaja mengatakan pemerintah mengambi keputusan itu demi menjaga kestabilan perekonomian nasional serta untuk menjamin penyediaan BBM Nasional. Ia mengatakan keputusan tersebut diambil terutama atas dinamika dan perkembangan harga minyak dunia, namun Pemerintah tetap memperhatikan kestabilan sosial ekonomi, pengelolaan harga dan logistik.

Wiratmaja mengatakan untuk menjaga akuntabilitas publik, auditor pemerintah maupun Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dilibatkan. Audit itu mencakup realisasi volume pendistribusian jenis BBM tertentu, penugasan khusus, besaran harga dasar, biaya penugasan pada periode yang telah ditetapkan, besaran subsidi, hingga pemanfaatan selisih-lebih dari harga jual eceran.

Harga BBM yang turun-naik mengikuti harga minyak dunia ini menurut pengamat energi dari Energy Watch Ferdinand Hutahaean, bakal merugikan rakyat. Dia menilai langkah pemerintah meliberalisasi harga minyak merupakan langkah yang salah karena masyarakat lah yang harus menanggung risiko.

"Dengan meliberalisasi harga BBM, pemerintah terkesan seenaknya sendiri dan bertingkah layaknya pengusaha dalam mengelola negara yang hanya berpatokan pada untung dan rugi," katanya kepada Gresnews.com, Sabtu (28/3).

Ferdinand menjelaskan kebijakan liberalisasi ini jelas membenani rakyat yang akhirnya harus masuk dalam pusaran ketidakpastian. Lalu, harga bahan pokok pasti naik dipasaran, akibatnya gonjang ganjing harga yang tidak kunjung stabil akan semakin membuat rakyat susah dan semakin tertekan daya belinya.

"Kita harap pemerintah segera mengevaluasi kebijakan liberalisasi ini karena hanya menguntungkan pemerintah tapi menindas rakyat," katanya.

Presiden Jokowi sendiri terkesan lempar tanggung jawab ketika ditanya soal ini. "Ditanyakan ke Menteri ESDM," kata Jokowi di Hotel MGM Grand Sanya, Hainan, Tiongkok, Jumat (27/3).

Di awal-awal pemerintahannya, Jokowi memang sempat juga menaikan harga BBM. Bahkan Jokowi sendiri yang berbicara langsung kepada publik. Namun kali ini pengumuman kenaikan BBM diberitahu melalui website Kementerian ESDM. "Yah nanti ditanyakan ke Menteri ESDM," jawab Jokowi mengenai pertanyaan tersebut.

Meski harga BBM jenis premium dan solar naik, PT Pertamina (Persero) masih menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM/bensin) jenis Pertamax RON 92 dan Pertamax Plus 95. "Sepertinya harga Pertamax akan kita tahan dulu, tidak kita naikkan, minimal sampai 1 April nanti," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina Ahmad Bambang Jumat (27/3).

Bambang mengatakan, ada dua hal yang membuat Pertamina tak menaikkan harga Pertamax 92 dan Pertamax Plus 95, termasuk Pertamina Dex. "Pertama, karena harga Pertamax sudah naik duluan pada 16 Maret lalu jadi Rp 8.600/liter," ujarnya.

"Kedua, agar disparitas antara premium Rp 7.300-Rp 7.400/liter dan Pertamax Rp 8.600/liter tidak terlalu jauh, sehingga masyarakat akan lebih memilih membeli Pertamax yang kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan premium," kata Bambang. (dtc)

BACA JUGA: