JAKARTA, GRESNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan perombakan kabinetnya. Perombakan yang sebagian besar dilakukan pada  tim ekonomi, diduga  karena tim ekonomi Kabinet Kerja tidak bekerja maksimal. Lemahnya kinerja tim ekonomi itu berdampak pada pelemahan rupiah dan merosotnya indeks harga saham gabungan.

Ketua Komisi VI DPR RI Hafisz Tohir menilai Presiden Jokowi masih akan menghadapi pekerjaan besar. Hal itu melihat  susunan kabinet hasil reshuffle yang ada. Susunan kabinet masih sedikit lebih baik dari susunan kabinet sebelumnya karena masuknya sejumlah nama senior. Namun khusus untuk Menteri Perdagangan Thomas T.Lembong, Hafisz menilai kiprahnya di sektor perdagangan belum terbukti, kecuali di bidang moneter.

Hafisz juga menyoroti ekonomi Indonesia yang merosot tajam, sehingga membuat lemahnya daya saing Indonesia. Namun kondisi tersebut tak berubah, bahkan setelah presiden me-reshuffle kabinetnya.

Artinya, pemerintah harus benar-benar memperbaiki keadaan ekonomi yang terpuruk. Melihat kondisi ekonomi saat ini, Hafisz mengaku pesimis hasil reshuffle kabinet mampu memperbaiki ekonomi untuk tumbuh 6 persen seperti yang diinginkan Jokowi.

"Karena terlalu banyak masalah bangsa ini yang harus diperbaiki Jokowi dalam waktu bersamaan," kata Hafisz dalam pesan singkatnya kepada gresnews.com, Jakarta, Kamis (13/8).

Salah satu masalah yang harus dibenahi Jokowi diantaranya, soal penempatan pejabat negara yang tidak  ´the right man on the right place´. Penempatan pejabat itu selama ini lebih kepada balas budi saja. Kemudian komoditas kebutuhan pokok, dimana harga terus naik.

Hal ini ditandai dengan angka inflasi yang terus berjalan. Bahkan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, terbukti pada triwulan I tahun 2015 hanya tumbuh sebesar 4,71 persen dan triwulan II tahun 2015 kembali menurun menjadi 4,62 persen. Artinya pertumbuhan ekonomi melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar 5,14 persen.

Lalu, perdagangan Indonesia yaitu ekspor mengalami penurunan dan impor mengalami peningkatan di tahun sebelumnya. Hal itu juga menyebabkan pendapatan masyarakat juga ikut merosot. Selain itu terjadi inflasi di daerah pedesaan sehingga optimisme pelaku bisnis mengalami penurunan.

Hafisz menambahkan nilai tukar rupiah juga mengalami kemerosotan. Perkembangan nilai tukar rupiah pada Agustus 2015 sudah diatas Rp13.600. Dengan kondisi ini menunjukkan respon pasar yang kurang positif. Artinya walaupun sudah ada reshuffle kabinet, pekerjaan Jokowi kedepannya masih sangat berat.

"Jokowi masih menghadapi gunung besar yang menghadang Indonesia dalam bidang ekonomi makro dan mikro," kata Hafisz.

MASALAH PADA PERENCANAAN - Sementara itu, pengamat ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menilai selama ini Kabinet Kerja secara kinerja masih bermasalah. Masalah dalam Kabinet Kerja terletak pada perencanaannya yaitu Bappenas. Perencanaan tidak disusun secara matang. Bahkan untuk Rancangan Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) masih meniru (copy paste) dari yang sebelumnya.

"Bappenas tidak kentara dan tidak ada sinyal yang konkret untuk mengimplementasikan dari Nawacita dan tidak nampak persis," kata Enny kepada gresnews.com.

Menanggapi persoalan tersebut, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani mengatakan perombakan kabinet menunjukkan bahwa pemerintah paham dengan adanya perlambatan ekonomi saat ini dan setidaknya menyurutkan ketidakpastian rumor krisis ekonomi yang ada selama ini.

Dia menilai sosok Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution merupakan figur ekonom senior yang berpengalaman di perpajakan dan moneter pastinya akan menciptakan harapan positif. Menurutnya Indonesia saat ini sangat butuh ekonom yang berkelas dunia. Kalau tidak, bisa melakukan berbagai reformasi yang dilakukan di bidang ekonomi bisa tumpang tindih atau tidak konsisten.

"Pemerintah paham dengan perlambatan ekonomi saat ini, dan akan segera mengupayakan solusinya. Itu pesan yang sangat penting bagi dunia usaha saat ini," kata Rosan.

FAKTOR DEKONOMI DUNIA  - Sementara itu, pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi selama dua hari kemarin lebih dipengaruhi pada pelemahan perekonomian dunia dan faktor depresiasi mata uang Cina Yuan. Jika banyak pihak menilai reshuffle kabinet kemarin menjadi penyebabnya, menurut David, reshuffle hanyalah faktor negatif tambahan. Pelemahan IHSG kedepannya masih tetap ada namun sudah terbatas.

Di satu sisi koreksi yang terjadi kemarin masih tergolong besar baik per hari maupun akumulatifnya. Namun lebih besar lagi jika terlihat secara agregat ekonomi, lalu ditambah selisih valas yaitu pelemahan rupiah. Kendati demikian, David menilai Indonesia masih tetap seksi untuk berada di dalam radar investasi asing. Selain itu, masih menawarkan potensi keuntungan yang besar.

"Adapun investor asing sudah perlahan keluar sejak akhir kuartal 1 yang lalu, artinya saat ini mereka siap kembali untuk masuk ketika pasar saham sedang memerah dan berdarah," kata David kepada gresnews.com.

Sebagaimana diketahui, IHSG mengalami penguatan (rebound) sebesar 104 poin atau setara 2,34 persen. Sedangkan untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis di posisi Rp13.740 per dolar dibandingkan kemarin di posisi Rp13.795 per dolar.

BACA JUGA: