JAKARTA, GRESNEWS.COM - Posisi strategis di Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikocok lagi. Secara bersamaan direktur utama dan wakil direktur PT Pertamina kembali dicopot, Jumat (3/2) melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Padahal posisi wakil direktur utama di Pertamina baru beberapa bulan diisi oleh Ahmad Bambang yang dulunya menjabat sebagai Direktur Pemasaran Pertamina. Sedangkan, Dwi Soetjipto tercatat menjabat Direktur Utama Pertamina sejak November 2014 berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No.SK-265/MBU/11/2014.

Pergantian itu memantik pertanyaan bagi DPR terutama Komisi VI yang juga membidangi BUMN. Pasalnya pergantian terkesan tiba-tiba, apa lagi soal penambahan posisi wakil direktur memang menuai perdebatan belakangan ini lantaran posisinya tidak ada di nomenklatur di PT Pertamina. Bahkan penunjukan Ahmad Bambang sebelumnya sebagai wadirut kontroversial lantaran Bambang juga tersangkut masalah korupsi penyediaan kapal Pertamina.

Anggota Komisi VI Abdul Wachid dari fraksi Gerindra mengaku kaget dengan keputusan adanya perombakan direksi Pertamina yang terkesan tiba tiba. Menurut politisi asal Jepara, Jawa Tengah ini, pergantian pada posisi direktur dan wakil direktur yang terkesan dadakan itu mengisyaratkan ada kekisruhan internal PT Pertamina.

"Betul yang saya dengar di dalam Pertamina sendiri lagi ada kekisruhan dan ada bau yang kurang sedap, mungkin ini yang jadi sebab menteri BUMN mengambil langkah cepat dengan melakukan pergantian," kata Wachid melalui pesan singkatnya kepada gresnews.com, Jumat (3/2).

Kendati mengungkapkan adanya ´permainan´ dalam PT Pertamina, Wachid masih menolak untuk menjelaskan secara detail bagaimana kekisruhan yang ada dalam internal perusahaan pelat merah tersebut. "Nanti dalam waktu cepat akan tersebar," umbar Wachid.

Dalam RUPS yang diselenggarakan di Kementerian BUMN itu mencopot jabatan Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) begitu pula dengan Ahmad Bambang sebagai Wakil Direktur Utama PT Pertamina. Rapat itu juga mengangkat Yenni Andayani sebagai Pelaksana Tugas Sementara (Plt) Direktur Utama Pertamina sebelum adanya Dirut PT Pertamina yang definitif.

Pemerintah beralasan pencopotan tersebut lantaran Dwi Soetjipto dinilai tidak perform mengelola PT Pertamina. Karena itu kemudian pemerintah meminta ada pembenahan dan penyegaran dalam posisi strategis Pertamina dengan menggantikan dirut dan menghapus posisi wakil direktur utama.
APRESIASI PENCOPOTAN - Saat ditanya terkait sikap Komisi VI soal pencopotan itu, komisi VI sendiri, sambung Wachid mengapresiasi langkah Menteri BUMN Rini Soemarno untuk mencopot dua posisi strategis Pertamina asalkan langkah itu bisa menunjang kinerja PT Pertamina. "Kalau pergantian untuk tujuan demi kebaikan institusi PT Pertamina kita dukung," kata Wachid.

Apresiasi yang sama juga diungkap rekannya Darmadi Durianto dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurut politisi yang akrab disapa Darmadi itu, langkah pemerintah untuk mencopot kedua jabatan penting di PT Pertamina itu layak diapresiasi untuk mengantisipasi kekisruan internal Pertamina.

Menurut Darmadi, aroma permainan ini dalam Pertamina sudah kentara sejak pengangkatan Wakil Direktur kemarin. Bahkan polemik soal pengangkatan wadirut itu sempat mencuat lantaran adanya penolakan karena posisi Wakil Direktur tidak ada dalam struktur Pertamina. "Sudah sepantasnya dirut dan wadirut dicopot," kata Darmadi.

Lebih jauh dia berharap, pencopotan direktur dan wakil direktur menjadi memontum untuk memperbaiki struktur organisasi Pertamina dengan menempatkan SDM yang memiliki kapabilitas membenahi Pertamina. Pasalnya Pertamina menghadapi tantangan besar untuk kedepan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno angkat suara terkait pencopotan dua pimpinan di PT Pertamina (Persero). Ia menyebut masalah utamanya adalah persoalan personal diantara kedua petinggi Pertamina tersebut hingga berdampak pada kinerja perseroan.

"Kalau saya melihatnya, maaf ya Pak Dwi dan Pak Bambang, masalahnya personality. Kalau di perbankan kita kan ada Dirut Wadirut enggak ada masalah, ini aja yang sulit," kata Rini di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (3/2).

Pilihannya memberhentikan dua direksi Pertamina tak ayal karena dalam memimpin sebuah perusahaan, hal utama yang menjadi fokus adalah kemajuan perusahaan dengan memperkuat koordinasi. Menurutnya, sebagai pucuk pimpinan harusnya kedua sosok tersebut bisa bersinergi dan berbagi tugas, bukan malah berseteru.

"Di Pertamina itu ada 9 orang, team work itu harus dibentuk. Jangan akhirnya, perusahaan itu dipakai aja untuk kepentingan dua orang, apapun dasarnya," ujarnya. (dtc)

BACA JUGA: