JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Pertamina (Persero) optimis dengan lima kilang baru akan memiliki daya saing di kawasan Asia Pasifik, apabila proyek Refining Devolopment Masterplan Program (RDMP) tuntas. Sebab selama ini kondisi kilang Pertamina didirikan antara tahun 1920 hingga 1990.

Vice Presiden Strategic Planning, Business Development and Operation Risk Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) Achmad Fathono Mahmud mengatakan PT Pertamina telah menggandeng tiga calon investor yaitu Saudi Aramco, Sinopec, dan JX Nippon untuk mengolah minyak mentah sour yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Menurutnya dengan program tersebut Pertamina dapat memanfaatkan minyak mentah lebih murah sekaligus dengan hasil produk yang lebih banyak.

Dia menjelaskan selama ini kilang Pertamina banyak menggunakan minyak mentah light sweet crude yang harganya relatif mahal. Menurutnya dengan program RDMP, kilang-kilang Pertamina mampu mengolah minyak-minyak sour crude yang lebih murah.

"Dengan kompleksitas yang tinggi, margin akan semakin baik sehingga secara rata-rata akan menjadi yang paling kompetitif di kawasan Asia Pasifik," kata Achmad, Jakarta, Sabtu (24/1)

Sementara itu, Vice President Technology Direktorat Pengolahan Budi Santoso Syarif mengungkapkan kondisi kilang Pertamina tidak lepas dari sejarah. Kilang-kilang milik Pertamina, didirikan antara tahun 1920 hingga 1990, desain awalnya emang untuk mengolah minyak mentah lokal, yang umumnya light sweet crude.

Menurutnya dengan fluktuasi harga minyak mentah, regulasi produk yang berubah, dan tuntutan perlindungan terhadap lingkungan yang semakin ketat tentu revitalisasi kilang menjadi relevan untuk menghadapi tantangan tersebut. Menurutnya dengan cara seperti itu akan meningkatkan ketahanan energi nasional karena akan mengurangi Indonesia terhadap ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM).

"Hasilnya pun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia pada saat itu, yaitu Premium, Kerosene dan Solar," kata Budi.

Seperti diketahui, RDMP diproyeksikan akan mendongkrak kapasitas pengolahan minyak mentah dari posisi saat ini sekitar 820.000 barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph atau dua kali lipat. Fleksibilitas kilang juga meningkat, yang diantaranya ditunjukkan dengan kemampuannya untuk mengolah minyak mentah dengan tingkat kandungan sulfur setara 2%, di mana saat ini kandungan sulfur pada minyak mentah yang dapat ditoleransi hanya 0,2%.

Dengan kompleksitas tinggi, produksi bahan bakar yang dihasilkan akan naik sekitar 2,5 kali lipat dari 620.000 bph saat ini menjadi 1,52 juta bph dengan produk utama gasoline dan diesel. Produk-produk tersebut akan memiliki kualitas tinggi yang comply terhadap standard Euro IV.

BACA JUGA: