JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Pertamina ( Persero) mengklaim sedang melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab adanya kandungan air dalam biosolar yang dilaporkan konsumen setelah mengisi bahan bakar tersebut di salah satu stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum ( SPBU) di wilayah Cilincing , Jakarta Timur.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan temuan tersebut berasal dari pengaduan masyarakat dan langsung ditindaklanjuti. Pertamina segera berkoordinasi dengan SPBU untuk mengosongkan tanki tersebut, dan selanjutnya biosolar dibawa ke Terminal BBM Plumpang untuk proses investigasi.

Hasil investigasi sementara di ketahui bahwa air dalam biosolar tersebut berasal dari fatty acid methyl ester (FAME) yang merupakan campuran solar dengan minyak sawit. Hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah berkaitan dengan pemanfaatan biodiesel untuk bahan bakar mobil bermesin diesel.

Pertamina sebagai produsen bahan bakar minyak (BBM) mendapat mandat memproduksi biodiesel dari hasil pencampuran antara minyak solar dengan minyak kelapa sawit. B15 mengacu pada biosolar hasil pencampuran minyak solar dengan minyak sawit 15% yang mulai dilaksanakan pada September 2015. Sedangan B20 adalah biodiesel dari hasil pencampuran minyak solar dengan minyak sawit 20% yang akan berlaku pada 2016. Dalam bahasa kimia, hasil pencampuran tersebut dinamai fatty acid methyl ester (FAME).

FAME tersebut berasal dari salah satu supplier yang mengirimkan pasokan ke Terminal BBM Plumpang dengan menggunakan kapal pengangkut atau transportir. Diduga tangki FAME terkontaminasi air ketika di kapal pengangkut.

Dengan tujuan menjaga kualitas BBM kepada masyarakat, untuk sementara Pertamina menghentikan pencampuran FAME dengan solar Terminal BBM Plumpang. Jadi sekarang solar dari Plumpang semuanya murni, bukan biosolar.

"Kami menyetop sementara distribusi biosolar dari TBBM Plumpang sampai dengan penyelesaian penyelidikan kepolisian," kata Wianda dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (16/11).

Anggota Komisi VI DPR RI, fraksi Hanura, Inaz Nasrullah mengatakan perlu ada penyelidikan dengan cermat untuk mencari tahu penyebab adanya kandungan air dalam biosolar seperti yang dilaporkan konsumen setelah mengisi bahan bakar tersebut di salah satu stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum ( SPBU) di wilayah Cilincing, Jakarta Timur.

Apabila kesalahan bersumber dari pabrik FAME maka perlu diberikan sanksi tegas. "Saya kira yang terjadi adalah kecerobohan, karena kalau kesengajaan, saya pikir tidak mungkin pabrik melakukan itu, karena air dan minyak memiliki berat jenis yang berbeda akan kasat mata," kata Inaz kepada gresnews.com, Sabtu (19/11).

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PPP Joko Purwanto menyebutkan Komisi VII akan segera melakukan kunjungan ke TTBM, untuk turut melihat langsung adanya "dugaan" adanya Biosolar yang di campur air tersebut. "Kalau benar dugaan tersebut terjadi , maka kami akan turut memberikan masukan-masukan yang mungkin bisa dianggap penting untuk menjadi Solusinya," kata Joko kepada gresnews.com, Sabtu (19/11).

UNGKAP PEMASOK - Direktur Eksekutif CERI (Center of Energy and Resources Indonesia) Yusri Usman mengatakan Pertamina dan Polri harus terbuka ke publik soal kasus tercampurnya air dalam Biosolar yang terungkap terlanjur disalurkan di SPBU Cilincing dan Depok yang terungkap pada 14 November 2016.

"Karena kalau itu berasal dari tangki biosolar di terminal Pertamina Plumpang, maka disinyalir hampir semua SPBU di Jabodetabek menyalurkan biosolar bercampur air pada saat itu," kata Yusri kepada gresnews.com, Sabtu (19/11).

Menurut informasi yang diperolehnya pemasok FAME adalah perusahaan konglomerat Wilmar group yang dikenal sangat dekat dengan penguasa. Alhasil muncul kesan Pertamina menutup rapat informasi siapa pemasok FAME yang tercampur air.

Yusri menyebutkan adapun didapat informasi bahwa nama Kapalnya Seroja V milik PT Wilmar Nabati hanya mengangkut FAME 5.000 KL, padahal kapasitas kapal 7000 Kl sehingga ada ruang kosong sebanyak 2000 KL. Kapal tersebut kapal yang disewa langsung oleh Pertamina Direktorat Pemasaran dan Niaga kepada ship ownernya Wilmar Medan.

"Saya mencurigai praktek keliru ini sudah lazim dilakukan antara pemsok dengan oknum-oknum Pertamina, tentunya tujuannya diduga untuk meraih keuntungan besar dan dapat dibagi bagi oleh oknum-oknumnya," jelasnya.

Dia meminta agar Pertamina lewat juru bicaranya Wianda Pusponegoro bersikap jujur dan tidak menyembunyikan fakta yang terjadi. Terlebih peristiwa tersebut sangat merugikan konsumen yang menggunakan biosolar.

Yusri menjelaskan seharusnya kapal yang memuat FAME, sebaga bahan baku biodiesel sebelum membongkar di pelabuhan Tanjung Priok diperlakukan sama seperti muatan lainnya. "Harus di cek dulu kualitasnya, baik jumlah dan komposisi serta keaslian barangnya," ungkapnya.

Menurut Yusri ternyata semua langkah tersebut diatas semuanya di "by pass" alias tidak ada proses pengecekan apapun, dan setelah dicampur langsung didistribusikan dan terbukti biodiesel tersebut tercampur air. Akibatnya banyak mobil-mobil konsumen yang memakai Biosolar tersebut mogok dan komplain.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI) Tulus Abadi mengatakan biosolar yang tercampur air merupakan produk BBM yang tidak memenuhi kualitas standar bahkan membahayakan keselamatan konsumen.

"Harus diusut tercampurnya dibagian mana? Hulu or hilir? Harus diinvestigasi sampai tuntas. Konsumen harus mendapatkan ganti rugi dari SPBU yang bersangkutan," kata Tulus kepada gresnews.com, Sabtu (19/11).

Seperti diketahui sebelumnya, Setelah ditemukan biosolar tercampur air di SPBU 3414203 Cilincing, Jakarta Timur, 3416815 Cibubur, Jaktim, 3416410 Depok dan 3415712 Tangerang. Pertamina langsung meminta SPBU agar menguras tangki pendam solar tersebut, dan produk yang terkontaminasi air dikembalikan ke TBBM.

Pertamina pun siap bertanggung jawab mengganti rugi kendaraan - kendaraan yang mengalami kerusakan mesin akibat solar bercampur air tersebut. Caranya dengan segera melapor ke SPBU tempat terakhir mengisi.

BACA JUGA: