JAKARTA, GRESNEWS.COM - Sinyal makin kuat dipancarkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk melenggang maju pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 mendatang. Risma akan menantang calon gubernur incumbent Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno dan nama lainnya.

Meskipun belum ada deklarasi dari PDIP akan mengusung Risma, namun sejumlah dukungan bermunculan di publik, mulai dari media sosial hingga poster. Apalagi Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Gembong Warsono mengatakan peluang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk ditarik maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 sangat terbuka.

"Risma memiliki pintu strategis yaitu melalui penugasan dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri," ucap Gembong.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta Pangi Syarwi Chaniago mencoba menghitung kehadiran Risma pada Pilgub DKI nanti. Menurutnya Risma adalah sosok yang mampu meladeni Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Bahkan, Risma memiliki kans cukup besar untuk menang dalam Pilkada DKI. "Saya kira yang bisa menenggelamkan popularitas dan elektabilitas Ahok adalah Risma," kata Ipang, sapaan Pangi, kepada gresnews.com, Senin (9/5).

Dalam beberapa bulan terakhir sejumlah lembaga survei yang menempatkan Ahok pada posisi teratas. Populi Center menyebut elektabilitas Ahok naik dari 49,5 persen menjadi 50,8 persen. Lalu posisi kedua ada Yusril Ihza Mahendra. Nama Risma sendiri hanya masuk dalam 7,8 persen responden yang menjawab bakal calon gubernur lainnya, seperti Ketua DPD Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

Meski popularitas Ahok yang tinggi tidak menjamin Ahok bisa dengan mudah memenangkan pilkada. Dengan pengalaman sebagai kepala daerah, menurut Ipang, Risma bisa mengalahkan Ahok. Ditambah, Risma berprestasi saat memimpin Surabaya.

Selain itu Risma didukung oleh mesin partai PDI Perjuangan (PDIP). Tidak bisa dipungkiri, kekuatan mesin partai merupakan salah satu determinan yang sangat menentukan. "Jam terbang dan pengalaman PDIP terbukti di banyak daerah," tandas Ipang.

BENTUK INKONSISTENSI - Namun pandangan berbeda disampaikan Direktur Konsep Indonesia sebuah lembaga Research & Consulting Veri Muhlis Arifuzzaman. Veri mengatakan masuknya Risma ke kancah kontestasi Pilgub DKI memang akan meramaikan suasana, namun dapat diprediksi kehadiran dalam kontes itu hanya akan berjudi dan merugi. Bahkan sangat mungkin menuai kegagalan. ‎

"Meskipun masih ada waktu untuk bergerak, hanya saja itu tidak mudah," kata Veri dalam keterangannya yang diterima gresnews.com, Senin (9/5).

Veri berpandangan, Risma telat mengambil momentum sehingga terkesan dipaksa oleh partai untuk maju. Pernyataan-pernyataan awal Risma yang akan berkonsentrasi membangun Surabaya juga dapat dianggap sebagai bentuk inkonsistensi dan melukai warga Surabaya.

Selain itu, Risma sendiri tampaknya gamang berhadapan dengan Ahok. Selain karena memiliki kesamaan tipe kepemimpinan, Risma bersama Ahok juga sama-sama memiliki basis pemilih yang sama. "Itu artinya, kehadiran Risma akan menguntungkan pihak ketiga bisa Yusril atau Sandiaga atau lainnya," kata Veri.

Sebagai incumbent Ahok tentu lebih memiliki modal dibanding Risma, baik pengalaman, dukungan keuangan maupun kesiapan jaringan. Bila hanya mengandalkan pada gerak partai di dalam pertarungan Pilkada tentu tidak mudah. Itu artinya, walau PDI Perjuangan bisa mencalonkan sendiri, tetap harus ada kerjasama dengan partai lain atau ormas/relawan di DKI.

Sejauh ini dapat diduga, jika Risma benar-benar masuk ke Jakarta suara yang tergerus adalah suaranya Ahok. Suara kelompok anti-Ahok masih belum dapat dirayu oleh Risma, karena Risma masih dianggap sebagai bagian yang sama dengan Ahok.

"Risma bukan antitesa Ahok, tetapi alternatif dari Ahok. Sejauh ini antitesa Ahok masih disandang Yusril Ihza Mahendra," tandas Veri.

Beberapa waktu lalu Risma sendiri telah menyakan tidak akan maju Pilgub DKI Jakarta. Risma masih akan tetap bertahan membangun Kota Surabaya. Namun jika PDIP khususnya sang Ketua Umum Megawati Soekarno Putri menugaskan Risma maju pada Pilgub DKI Jakarta, apakah Risma masuh akan menolaknya. Masyarakat yang akan menilai nanti.

PROFIL DAN PRESTASI RISMA - Risma adalah wanita pertama yang menjabat sebagai walikota Surabaya untuk periode 2010-2015 menggantikan Bambang DH yang kemudian menjadi wakilnya. Ia dilahirkan di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 20 Oktober 1961. Awalnya Risma adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) di Surabaya sejak 2005.

Alumni Teknik Arsitektur ITS ini berhasil menjadi kepala DKP ditunjukkan dengan kondisi Surabaya menjadi kota yang lebih bersih dan hijau. Hal ini membuat PDIP tertarik mencalonkannya menjadi walikota. Mulai 28 September 2010, Risma pun resmi menjabat sebagai Walikota Surabaya.

Sepak terjang Risma yang paling menonjol adalah pengelolaan pertamanan di Surabaya. Misalnya Taman Bungkul yang awalnya tak pantas disebut taman disulap menjadi taman indah dan menjadi tempat rekreasi gratis untuk warga Surabaya. Taman Bungkul juga telah diakui dunia dengan diterimanya penghargaan sebagai taman terbesar se Asia Tenggara.

Selain taman Bungkul, taman-taman yang awalanya sudah tak terurus juga disulap menjadi taman yang indah penyejuk kota Surabaya. Surabaya juga menjadi kota terbersih se-Indonesia dengan menyabet gelar Piala Adipura tiga kali berturut-turut dari tahun 2011, 2012, dan 2013. Sebelumnya Surabaya selalu luput dari penghargaan Adipura ini sejak 2005.

Risma juga ditetapkan sebagai nominasi Walikota terbaik di dunia 2012 dengan penghargaan World Mayor Prize oleh The City Mayors Foundation. Prestasi Risma lainnya adalah memangkas anggaran birokrasi yang berbelit, memberikan tunjangan kesehatan bagi warga yang kurang mampu serta menambah anggaran pendidikan sebesar 35 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Surabaya. Persentase itu lebih tinggi dari anggaran pendidikan nasional.

Ketika masa kepemimpinan Risma masih berumur satu tahun, pernah hampir dijatuhkan. Adalah Wisnu Wardhana, kepala DPRD Surabaya yang berusaha menjatuhkan Risma dengan menggunakan hak angketnya. Menurut Wisnu, Risma telah melanggar peraturan dengan menaikkan tarif iklan dan baleho yang biasa terpampang di tengah-tengah kota.

Namun Risma berargumen aturan itu akan menguntungkan kota Surabaya. Dengan menaikkan tarif iklan maka investor dan pebisnis akan berpikir ulang kali jjika mau beriklan dengan baleho atau papan iklan. Dengan begini Surabaya akan terhindar dari hutan iklan yang sering mengurangi indahnya pemandangan kota.

Dalam kasus pemakzulan Risma ini, mendagri campur tangan dan mengatakan bahwa Risma masih walikota Surabaya yang sah. Terakhir diketahui bahwa upaya pemakzulan itu terjadi karena Risma menolak pembangunan jalan tol tengah kota. Risma lebih memilih pembangunan jalan tol frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya.

BACA JUGA: