JAKARTA, GRESNEWS.COM - PT Sarinah (Persero) menyatakan keberatan atas penyebutan tragedi "Bom Sarinah" dalam peristiwa peledaknya bom di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis pagi kemarin. Sebab peristiwa bom meledak dan baku tembak antara teroris dan polisi berlangsung di luar gedung Sarinah.

Tepatnya bom meledak di Starbucks Coffee yang berada di areal Gedung Menara Cakrawala dan di Pos Polisi perempatan Jalan Thamrin. Gedung Cakrawala sendiri dimilik pengusaha Jan Darmadi, politisi Partai Nasdem yang kini menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Jan Darmadi yang memiliki nama alias Apiang Jinggo ini merupakan pengusaha properti pemilik banyak hotel dan gedung di Jakarta, seperti Setia Budi Building, Hotel Mandarin dan Mercure Ancol. Ia juga dikenal sebagai bos penyelenggaraan SDSB dan Porkas.  

Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Ira Puspadewi menjelaskan peristiwa kemarin terjadi di luar gedung Sarinah. Pihak Sarinah menilai peristiwa tersebut merupakan tragedi nasional, tentunya efek tersebut lebih diutamakan efek untuk negara.

Kemudian, melalui CCTV terlihat tidak ada tanda-tanda bahwa pelaku masuk ke dalam gedung Sarinah. Artinya kejadian kemarin fokusnya adalah kejadian skala nasional.

"Ini tidak ada bom di Sarinah, kejadian itu ada di luar Sarinah dan berdekatan dengan Sarinah," kata Ira di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (15/1).

Pasca tragedi tersebut, Ira mengatakan, aktivitas Sarinah tetap berjalan normal. Dari seluruh gerai yang beroperasi di dalam gedung Sarinah hanya dua gerai, yaitu restoran yang hingga saat ini belum melakukan aktivitasnya. Menurutnya restoran tersebut belum melakukan aktivitasnya karena pada saat peristiwa berlangsung, baik pengunjung maupun petugas restoran tergesa-gesa meninggalkan restoran sehingga restoran tersebut berantakan. Namun saat ia peninjauan restoran tersebut,  meski restoran tutup para petugas saat ini sedang melakukan bersih-bersih restoran.

Saat ini seluruh pegawai dan para penjaga gerai di Sarinah tetap melakukan aktivitas seperti biasanya. Sebanyak 200 orang pegawai Sarinah dan 800 penjaga gerai saat ini tetap menjalankan aktivitasnya. Mengingat rata-rata pegawai dan penjaga toko mengalami trauma atas tragedi tersebut, Ira mengatakan dalam waktu dekat akan menggelar pengajian. Pengajian itu  untuk menenangkan dan menghilangkan traumatis secara spritual  bagi para pegawai Sarinah.

"Saat ini aktivitas kita berjalan dengan normal," kata Ira.

Sejak kejadian tersebut, Ira mengaku,   Sarinah mulai meningkatkan dan memperketat keamanan. Management mulai menambah personel di titik-titik rawan. Perusahaan juga bekerjasama dengan kepolisian untuk memperketat keamanan di wilayah Sarinah dan sekitarnya. Kemudian pada malam hari, pengamanan Sarinah dilakukan dengan lebih serius. Beberapa petugas keamanan masih tetap bertugas tanpa menggunakan seragam.

"Di wilayah rawan kami juga memasang CCTV," kata Ira.

ANGKASA PURA II SIAGAKAN KEAMANAN - Selain Sarinah, PT Angkasa Pura II (Persero) juga menyatakan memperketat keamanan di 13 bandara yang dikelola perusahaan termasuk Bandara Soekarno Hatta. Angkasa Pura II juga melakukan koordinasi dengan TNI dan Polri untuk memastikan keamanan di seluruh bandara dan keselamatan bagi penumpang.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya Sumadi telah menginstruksikan kepada seluruh bandara agar semakin intensif berkoordinasi dengan TNI dan Polri. Sebagai bentuk kewaspadaan frekuensi patroli pengamanan ditingkatkan dengan menyisir area publik, area parkir, dan memeriksa kendaraan secara acak atau random. Saat ini, Bandara Soekarno Hatta secara operasional penerbangan masih berjalan normal baik rute domestik maupun internasional.

Angkasa Pura  II dan seluruh pemangku kepentingan berkomitmen untuk menjaga kelancaran operasional Bandara Soekarno Hatta yang merupakan gerbang utama Indonesia. Khusus di Bandara Soekarno Hatta, selain Aviation Security juga bersiaga sebanyak 150 personil Polri dan 332 personil TNI untuk menjaga keamanan bandara yang merupakan salah satu obyek vital nasional.

"Kita juga operasikan sekitar 1500 CCTV untuk melakukan pemantauan selama 24 jam," kata Budi.

BACA JUGA: