Perusahaan Gas Negara sepanjang tahun 2016 lalu telah berhasil membangun sebanyak 24 ribu sambungan rumah gas bumi telah dibangun di Surabaya. Hal itu terungkap saat Menteri ESDM Igansius Jonan meresmikan pembangunan sambungan rumah gas bumi di Rusunawa Penjaringan Sari, Rungkut, Surabaya, Minggu (7/5) lalu.

"Saya berterima kasih atas kerja keras PGN, Pemkot Surabaya, dan semua pihak yang telah mewujudkan ini. Ini sesuai dengan instruksi bapak presiden untuk membantu dan memudahkan masyarakat," ujar Jonan dalam sambutannya.

Efektivitas dan efisiensi gas bumi adalah alasan terus dibangunnya jaringan dan sambungan rumah gas bumi. Penggunaan gas bumi lebih murah dibanding dengan LPG sehingga subsidi pemerintah pun bisa terkurangi.

Dengan penggunaan gas bumi, kata Jonan, negara bisa mengurangi impor Elpiji, sehingga bisa melakukan penghematan sekitar Rp 1,5 miliar per bulan atau Rp 18 miliar per tahun. "Kalau pakai gas bumi, satu rumah biayanya hanya sekitar Rp 15-20 ribu per bulan," kata Jonan.

Jonan menambahkan, gas bumi yang masuk ke Surabaya dipasok dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura Offshore dengan alokasi gas sebesar 0,6 mmscfd. Total panjang pipa yang dibangun untuk mengalirkan gas ke 24 ribu sambungan rumah tersebut mencapai lebih dari 196 kilometer.

Pembangunan 24 ribu sambungan rumah di Surabaya didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016 senilai Rp 221,9 miliar. Pembangunan ini merupakan kelanjutan dari program sebelumnya di tahun 2009 dengan sambungan rumah sebanyak 2.900.

Pembangunan jargas dengan dana APBN telah dilakukan Pemerintah sejak tahun 2009 dan hingga 2016, telah terbangun 185.991 sambungan rumah di 14 provinsi di 26 kabupaten/kota. Pembangunan jaringan gas merupakan bagian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019 karena dapat memenuhi kebutuhan energi yang bersih, murah, ramah lingkungan dan efisien.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengamini ucapan Jonan tentang kelebihan gas bumi. Risma mengatakan, UMKM di Surabaya yang menggunakan gas bumi bisa lebih hemat 30-35% per bulan dibandingkan menggunakan Elpiji. Sektor rumah tangga juga bisa berhemat 20-25% per bulan.

"Gas bumi ini dari segi keamanan bagus, murah, dan gak perlu takut habis. Mbayarnya kan setelah pakai. Dan nggak perlu repot juga beli Elpiji. Saya lihat orang bawa-bawa Elpiji 10 biji ditaruh di motor, seperti bawa semangka saja," kata Risma.

24 ribu sambungan rumah gas bumi di Surabaya meliputi wilayah Surabaya selatan (8.637 sambungan rumah), timur (7.578 sambungan rumah), dan tengah (7.800 sambungan rumah).

Sementara itu, Dirut PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan, bahwa 24 ribu sambungan rumah gas bumi di Surabaya memerlukan waktu 10 bulan. Untuk pembangunan itu, tentu saja Jobi harus ´merusak´ jalan dan taman di Surabaya.

"Kami minta maaf kalau selama pembangunan telah merusak jalan dan taman dengan galian kami. Karena pipa gas harus ditanam, tak bisa dilewatkan atas seperti kabel. Tapi kami sudah mengembalikan galian kami dengan baik," kata Jobi.

Untuk pembangunan jaringan gas bumi, PGN tak ingin berhenti di situ saja. PGN akan membangun bila terus diberi tanggung jawab.

"PGN siap untuk melaksanakan penugasan dari pemerintah dalam pengembangan infrastruktur gas bumi salah satunya jaringan gas rumah tangga," kata Jobi.

Tahun ini, PGN mendapat penugasan dari pemerintah untuk membangun jaringan gas bumi untuk rumah tangga sebanyak 26.000 sambungan rumah. Lokasinya tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Bandar Lampung, DKI Jakarta, dan Kota Mojokerto.

Jobi menambahkan, selain penugasan dari pemerintah, PGN juga berkomitmen untuk terus memperluas jaringan infrastruktur gas serta meningkatkan pemanfaatan produksi gas bumi ke berbagai daerah, tanpa membebani APBN.

"Saat ini PGN telah menyalurkan gas bumi di 10 kota di 12 propinsi melalui infrastruktur yang terdiri dari 7.278 km, 2 unit FSRU, serta 10 stasiun CNG/SPBG," lanjut Jobi.

Hematnya gas bumi dikatakan sendiri oleh salah satu penghuni Rusunawa Penjaringan Sari Suyati. Kamar Suyati yang ada di lantai 2 nomor 16 dikunjungi Jonan, Risma, dan Jobi. Suyati mendemokan memasaka menggunakan gas bumi. Meski baru diresmikan hari ini, sejatinya warga Rusunawa sudah bisa menggunakan gas bumi sejak 3 bulan terakhir.

"Enak pakai gas bumi, lebih murah. Apinya juga biru. Dulu kalau pakai Elpiji saya habis dua Elpiji atau sekitar Rp 34 ribu. Kalau sekarang pakai gas bumi cuma habis Rp 27 ribu, hemat Rp 7 ribu," kata Suyati.

Namun murah bukan satu-satunya alasan Suyati lebih senang menggunakan gas bumi. Tanpa perlu menenteng tabung gas yang berat saat membeli adalah alasan yang lain.

"Repot kalau beli, harus turun sambil bawa tabung berat. Untung saya masih di lantai 2, kalau yang lantai 4 pasti lebih repot. Satu lagi, saya nggak perlu takut kehabisan gas kalau memasak," tandas Suyati

BACA JUGA: