Kasus pemerkosaan yang berbuntut pembunuhan kini menjadi ancaman serius di Indonesia. Selain mendesak penegakan hukum yang seadil-adilnya bagi para pelaku, Merapi Cultural Institute (MCI) mendesak pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengkaji ulang pendidikan nilai dan seksualitas yang ada di sekolah-sekolah.

"Kasus pemerkosaan yang berakhir dengan pembunuhan ini menjadi indikator belum efektifnya pendidikan nilai dan seksualitas yang ada di sekolah-sekolah di tengah arus globalisasi yang serba cepat. Kehadiran internet yang membuat dunia makin terbuka tidak diimbangi dengan ketahanan (resilience) moral. Kita semua yakin para pelaku pernah pernah mengenyam pendidikan formal," tegas Peneliti MCI, Teguh Prakoso, dalam siaran persnya kepada gresnews.com, Selasa (10/5).

Dia memaparkan kasus pemerkosaan yang diakhiri dengan pembunuhan semacam ini bisa saja muncul spontan saat ada kesempatan, namun satu fakta yang pasti, moral dan kepribadian yang menjadi penentu tindakan.

"Benar bahwa pendidikan awal ada di keluarga. Di situ seorang anak dididik dengan cinta kasih terhadap sesamanya, namun pendidikan formal juga punya andil menjadikan seorang anak menjadi beradab dan manusiawi. Sekolah menjadi tempat anak belajar nilai hidup dan mempraktikkannya bersama teman-temannya," tegasnya.

Selain menyaring nilai-nilai yang menyertai globalisasi, tambahnya, penanaman nilai-nilai moral pada generasi muda perlu digalakkan untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan globalisasi yang kini sudah dihadapi, dan dialami.

“Sudah saatnya Kemendikbud serius melakukan review muatan pendidikan nilai dan seksualitas yang diajarkan di sekolah-sekolah untuk menyelamatkan generasi muda yang vulnerable (rentan) dan impressionable (mudah terpengaruh). Pendidikan seksualitas harus diajarkan di sekolah-sekolah dan segera dirancang kurikulumnya karena pendidikan seks bisa jadi bagian dari upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual,” pungkasnya. (mon)

BACA JUGA: